
- Tentang
- Lirik
- Review
- Tracklist
- Komentar
Lima juta lagi untuk botol minum keras
Tiga juga kosmetik dalam game t′rus kukuras
Hanya seg'lintir uang yang terus keluar deras
Ku sekarang bernafas tanpa tujuan jelas
Penggalan ini menggambarkan situasi di mana seseorang menghabiskan uangnya untuk hal-hal y... tampilkan semua
Kar′na tak ada lagi yang kucari di sini
Mimpi menjadi besar tak menggiurkan lagi
Anganku hanya sampai sejauh tanah sendiri
Hanya ingin mengeluh, tak bisa bijak lagi
Ini menggambarkan kondisi di mana motivasi untuk mencapai impian besar sudah hilang. Penca... tampilkan semua
Jujur aku sangat beruntung selalu hidup cukup
Tak bisa lagi ku bernyanyi seakan ku
Mengerti dirimu, hidupmu, lukamu, sakit-
Mulai sekarang coba kautanggung itu sendiri
Orang ini merasa beruntung karena tidak pernah kekurangan materi, tapi pada saat yang sama... tampilkan semua
Kadang, ku merasa t'rlalu malas untuk berkarya
Kurang pantas diriku bergelimang harta
Sekali saja kubicarakan tentang mentalmu, kawan
Tak setiap hari ku bisa peduli itu, oh kawan
Teks ini mencerminkan rasa malas dan kebimbangan dalam berkarya, meski telah memiliki bany... tampilkan semua
Tinggalkan aku di sini
Ku hanya mampu menyambung hidup
Hari per hari
Biarkan aku di sini
Hanya bisa berpikir
'Tuk satu hari lagi
Lirik ini menggambarkan perasaan putus asa dan sekedar bertahan hidup dari hari ke hari, t... tampilkan semua
Aku hanya ingin muntah s′kali lagi
Ingin makan kenyang s′kali lagi
Di sini ada keinginan untuk melepaskan emosi yang terpendam, diungkapkan dengan 'muntah' s... tampilkan semua
Jangan anggap aku tulang punggungmu
S'kali ku berhenti tamat hidupmu
Jangan beri aku target tagarmu
Aku bukan komoditas milikmu
Ada protes terhadap ekspektasi orang lain yang terlalu mengandalkannya sebagai sumber peng... tampilkan semua
Ingin menamatkan satu series lagi
Dan menangis keras s'kali lagi
Momen ini menggambarkan keinginan untuk menghabiskan waktu dengan menonton hiburan dan mem... tampilkan semua
Lagu "Satu Hari Lagi" yang ditulis dan dinyanyikan oleh Hindia merupakan sebuah karya yang menyentuh banyak aspek kehidupan, mulai dari keresahan hingga harapan yang terombang-ambing. Dengan lirik yang sederhana namun penuh makna, lagu ini menggambarkan perasaan lelah dan jenuh yang sering dihadapi oleh banyak orang dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
Persepsi Kehidupan dan Keresahan
Dari bait pertama, Hindia langsung mengungkapkan suasana hati yang menggelisahkan. "Lima juta lagi untuk botol minum keras" dan "Tiga juga kosmetik dalam game t′rus kukuras" mencerminkan bagaimana materi dan kesenangan seakan menjadi fokus utama namun tidak memberikan kepuasan yang sejati. Kecenderungan untuk memburu uang dan barang hanya semakin menjauhkan dari makna kehidupan yang lebih dalam. Ini diikuti dengan kalimat "Hanya seg'lintir uang yang terus keluar deras", yang mengindikasikan aliran uang yang tak pernah berhenti, tetapi tanpa tujuan yang jelas.
Refleksi dan Kekecewaan
Di tengah lirihnya nuansa, Hindia mengekspresikan kekecewaannya. "Kar′na tak ada lagi yang kucari di sini" menjadi ungkapan betapa kehilangan tujuan bisa membuat hidup terasa hampa. Harapan untuk mencapai mimpi besar tidak lagi menggugah semangat. "Anganku hanya sampai sejauh tanah sendiri" menunjukkan betapa seseorang bisa merasa terjebak di dalam batasan yang diciptakannya sendiri. Frasa ini merangkum perasaan frustrasi atas impian yang seolah menjadi semakin kecil dan tidak mungkin tercapai.
Penerimaan dan Keberuntungan
Salah satu bait yang cukup menonjol adalah "Jujur aku sangat beruntung selalu hidup cukup". Di sini, Hindia tampak menyadari kondisi hidup yang mungkin tidak sempurna, namun tetap ada rasa syukur. Hal ini menunjukkan kedewasaan dalam menerima bahwa tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama. Namun, selanjutnya, "Tak bisa lagi ku bernyanyi seakan ku mengerti dirimu" menjadi refleksi bahwa pemahaman tentang perasaan orang lain menjadi semakin sulit, dan rasa empati pun tereduksi.
Kegalauan Kreativitas dan Harapan Sederhana
Hindia juga bercermin pada proses kreatifnya. "Kadang, ku merasa t'rlalu malas untuk berkarya" menggambarkan fase di mana seorang insan kreatif merasa tertekan oleh ekspektasi, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Rasa tidak pantas untuk menikmati hasil dari jerih payah juga menjadi beban yang semakin menumpuk.
Di bagian selanjutnya, Hindia menegaskan batasan dalam hubungan antarpersonal. "Jangan anggap aku tulang punggungmu" dan "Aku bukan komoditas milikmu" menunjukkan keinginan untuk tidak menjadi beban bagi orang lain sambil menegaskan otonomi diri. Ini adalah seruan untuk menikah menilai kemandirian dan menghormati batasan pribadi, menciptakan keseimbangan dalam interaksi sosial.
Pencarian Makna dalam Kesederhanaan
Di akhir lagu, ungkapan "Hanya bisa berpikir 'Tuk satu hari lagi" mengindikasikan harapan untuk bisa bertahan meski hidup terasa berat. Ada pula ungkapan keinginan untuk "muntah s′kali lagi" dan "ingin makan kenyang s′kali lagi", yang memperlihatkan kerinduan akan kenyamanan dan kepuasan sederhana dalam hidup yang terkadang sulit direnungi di tengah kesibukan.
Kesimpulan
Dari lirik yang disajikan di "Satu Hari Lagi", Hindia berhasil menciptakan sebuah narasi yang mengajak pendengar untuk merenungkan kekecewaan, harapan, dan pencarian makna dalam kesederhanaan. Lagu ini bisa menjadi cermin bagi mereka yang merasa terjebak dalam rutinitas dan tidak menemukan tujuan hidup yang jelas. Dengan melodi yang menghanyutkan dan lirik yang penuh emosi, Hindia menambah warna dalam dunia musik Indonesia dan memberikan semangat bagi setiap individu yang mendengarkan.
- 2Janji Palsu4:02
- 2Forgot Password3:36
- 3Perkara Tubuh2:35
- 3Matahari Tenggelam3:53
- 4Satu Hari Lagi4:31
- 4Pesisir4:26
- 5WAWANCARA LIAR, PT. 37:40
- 5WAWANCARA LIAR, PT. I4:37
- 6Masalah Masa Depan4:46
- 6Ibel2:13
- 7Alexandra4:48
- 7Siapa yang akan Datang ke Pemakamanmu Nanti?3:43
- 8Jangan Jadi Pahlawan3:30
- 8Selebrisik2:46
- 9Bayangkan1:24
- 9Cincin4:26
- 10Bayangkan Jika Kita Tidak Menyerah3:13
- 10WAWANCARA LIAR PT. 29:08
- 11Kami Khawatir, Kawan4:25
- 11Kita Ke Sana4:42
- 12Apa Kabar, Ayah?3:19
- 12Berdansalah, Karir Ini Tak Ada Artinya3:44
- 13Iya... Sebentar3:58
- 13Nabi Palsu4:33
- 14WAWANCARA LIAR, PT. 46:28
- 14Bunuh Idolamu5:42

