v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
User Photo Profile
Review Lagu • 1 tahun lalu
Album Artwork
WAWANCARA LIAR, PT. 4
Pop
2023 • 6:28 • Track 14/28
Hindia
  • Tentang
  • Lirik
  • Review
  • Tracklist
  • Komentar
Makna Lagu
Lagu ini menggambarkan dialog kritis tentang krisis iklim yang dihadapi dunia saat ini. Melalui retorika yang tajam, penyanyi menyoroti ketidakpedulian masyarakat terhadap masalah lingkungan dan stagnasi dalam tindakan, sambil mencerminkan keputusasaan akan masa depan yang suram bagi generasi mendatang.
Makna Lirik
Menurut survei
Negara kita menempati peringkat pertama sebagai negara
Dengan warga terbanyak yang tidak mempercayai krisis iklim
Faktanya, krisis iklim sedang terjadi secara cepat
Dan meningkatkan frekuensi cuaca ekstrem

Lirik ini mengungkapkan ironi kondisi Indonesia yang menduduki peringkat pertama dalam ket... tampilkan semua

Apa yang bisa kita lakukan?
Sori, ini maksudnya kapan?
Sekarang?
Sekarang?
Sekarang telat, Mas

Objek ini menggambarkan ketidakbedayaan mengatasi krisis iklim yang sempat terlambat untuk... tampilkan semua

Lalu?
Lalu? Lalu, maksudnya apa?
Ya, ya, terlambat, telat
Saya-, ya

Di sini ditunjukkan kebingungan dan kebingungan akibat ketidakmampuan menghadapi situasi i... tampilkan semua

Saya rasa Anda diundang ke sini
Karena Anda adalah seorang narasumber yang cukup pandai
Berbicara dengan saya tidak hanya untuk berkata, "Telat"
Oke

Penulis menyoroti percakapan yang tidak produktif dan menekankan perlunya solusi nyata dar... tampilkan semua

La-, maksudnya apa? Saya nggak ngerti maksud-
Oke, maaf nih, saya ketawa, ya
Apa yang lucu di pertanyaan-
Nggak, nggak, begini

Lirik ini berisi perdebatan yang tidak serius, di mana penulis merasa tidak paham dengan a... tampilkan semua

Mas mau saya bilang apa?
Mas mau saya bilang kalau
"Oh, ya, nanti kita masih bisa merasakan matahari pagi dari timur
Masih bisa melihat Gunung Salak dari Menara 46"

Lagu ini menyinggung harapan kosong yang sering disampaikan publik tentang masa depan yang... tampilkan semua

"Anak-anak kita masih bisa bermain di pantai, di laut yang-"
Idealnya seperti itu
Ya, memang
Jujur, Mas mau saya jujur nih, ya?

Dalam bagian ini, penulis mempertanyakan apakah kita bersikap jujur terkait kemampuan kita... tampilkan semua

Jujur, apa yang bisa kita lakukan sekarang adalah
Berharap di luar sana ada planet seperti planetnya Avatar, Pandora
Apa pun itu, yang udaranya bisa kita hirup
Lalu kita pindah ke sana

Penulis menyampaikan keputusasaan atas keadaan iklim bumi dan menyuguhkan sarkasme dengan ... tampilkan semua

Anda kira ini bercanda, obrolan ini?
Masa kecil mereka, Mas, anak-anak yang saya bilang tadi
Itu kita yang ngerebut
Kita yang ngerebut

Penulis mengkritik ketidakseriusan dalam diskusi tentang krisis iklim. Dengan nada emosion... tampilkan semua

Harusnya, Anda undang saya 30 tahun yang lalu
Mungkin, mungkin ada solusinya
Kalau Anda anggap ini adalah sebuah lelucon
Saya bisa bilang bahwa saya punya mesin untuk mundur ke belakang
Dan berbicara dengan Anda 30 tahun yang lalu
Sayangnya, tidak!

Penulis menyesali bahwa undangan untuk berbicara datang terlambat—30 tahun lebih awal mung... tampilkan semua

Sayangnya, pertanyaan saya adalah, "Saat ini, apa yang bisa kita lakukan?"
Nyata-, hanya akan mutar-mutar aja, Mas
Gini, saya datang ke sini bukan untuk menasihati
Udah diambil juga peran itu oleh perusahaan-perusahaan besar dengan
Dengan CSR mereka yang sok-sok mengerti soal iklim
Padahal mereka juga yang melukai, ya, kan?

Di sini, kritisisme diarahkan kepada perusahaan besar yang menyalahgunakan CSR sebagai pen... tampilkan semua

Saya juga datang ke sini bukan untuk menenangkan
Sudah diambil peran itu oleh para ulama
Para pendeta dan orang-orang di atas sanalah
Saya datang ke sini untuk menjelaskan kematian yang akan datang

Penulis menegaskan bahwa motivasinya hadir bukan untuk memberikan ketenangan atau solusi p... tampilkan semua

Anak-anak mendengarkan ini!
Kita ini bunuh diri pelan-pelan
Hei, Bung! Cukup!
Mungkin bunuh diri terlama yang pernah terjadi
Ini, ini, acara ini didengarkan oleh banyak orang!

Menggunakan istilah 'bunuh diri pelan-pelan', penulis menggambarkan tibanya kehancuran bum... tampilkan semua

Ya, tai, lah, memang kenapa? (Hei!)
Ya sudah, memang itu (bahasamu, Bung!)
Memang itu yang terjadi
Bagus, anak-anak dengar! Bagus!
Biar mereka tahu orang tua mereka melahirkan mereka percuma
Mereka nggak akan tumbuh tua juga

Dengan menggunakan bahasa kasar dan tegas, lirik ini mengkritik generasi tua yang mewarisk... tampilkan semua

Sepuluh tahun lagi, 20 tahun lagi
Anda berharap mereka bisa hidup di bumi yang rusak ini
Untuk 50 tahun ke depan, mungkin?
Naif sekali
Gini, ya
Nggak usah anak-anak tadi, deh
Kita (hm?)

Penulis mengungkapkan bahwa anak-anak bisa jadi tidak memiliki masa depan di bumi yang ber... tampilkan semua

Saat kita anak-anak, kita sudah dibesarkan
Dengan cara menaburkan gula di atas puyer
Sudah terbiasa kita digituin
Yang pahit dimanis-manisin
Baguslah, anak-anak dengar

Penulis menyatakan bahwa masyarakat sudah terbiasa dibesarkan dengan kebohongan manis, dis... tampilkan semua

Saya rasa kita sudah cukup pintar untuk mengetahui ini semua
Permasalahan ini lama adanya kita tahu
Saya tahu, Anda tahu, semua kru di sini
Yang mendengarkan tahu

Penulis menyatakan bahwa semua orang sebenarnya sadar akan masalah krisis iklim ini, namun... tampilkan semua

Dan kalau memang sudah tidak ada cara lagi
Saya terima masalah itu
Bagaimana caranya saya bisa hidup dengan masalah itu?
Masalah ini udah ada
Dari dulu sudah ada

Penulis menunjukkan penerimaan pasif terhadap situasi krisis yang tidak kunjung terselesai... tampilkan semua

Tapi Anda dan saya selalu hidup, kan?
Menjalaninya saja, kan?
Ya sudah
Jalani apa yang selama ini dijalani, nikmati

Dengan sikap serah, penulis menyarankan untuk menikmati apa yang ada dan terus menjalani k... tampilkan semua

Karena sedihnya memang nikmat itu, ya, tidak abadi
Manusia memang dari dulu lebih percaya sama sesuatu yang tidak terlihat, kan?
Yang memberikan ketenangan, harapan, kebahagiaan
Walaupun itu palsu, mungkin
Ya sudah, kita terbiasa dengan itu
Dekatilah

Penulis mengulas tentang bagaimana manusia cenderung mempercayai kenyamanan palsu atau ilu... tampilkan semua

Anda paling mengetahui ini semua
Anda merasa paling pintar di ruangan ini
Mungkin dengan data-data yang Anda bawa
Berapa lama waktu kita?

Menggambarkan perasaan superioritas dan kejemuan dari sosok yang merasa tahu lebih banyak ... tampilkan semua

Mas pikir saya datang ke sini
Setuju untuk datang ke sini karena mau mengedukasi?
Saya cuma butuh uang, Mas
Saya cuma butuh fee dari acara ini
Saya cuma mau nyambung hidup

Penulis secara sinis menggambarkan motivasi murni ekonomi atas partisipasinya dalam progra... tampilkan semua

Berapa lama waktu kita?
Tanggal 31 Mas bisa berpesta
Berapa lama waktu kita?

Pertanyaan retoris ini mempertanyakan lamanya waktu yang kita miliki tersisa sebelum dampa... tampilkan semua

Tanggal 31 Desember
Mas dan teman-teman bisa berpesta merayakan Tahun Baru
Bersama keluarga, saudara, wah, happy-happy
Lalu dua hari kemudian
Kita harus membersihkan rumah sambil menyesuaikan diri dengan bau kali di dalamnya

Penulis mengkritik pola perayaan akhir tahun yang sembrono dihadapkan dengan kenyataan ker... tampilkan semua

Menurut Mas berapa lama?
Bumi ini mungkin sepuluh tahun
Tapi wawancara ini sekarang
Tolong siapin driver saya

Penulis mengisyaratkan bahwa meski ada pandangan bumi hanya mampu bertahan sepuluh tahun l... tampilkan semua

Review Lagu

Lagu "WAWANCARA LIAR, PT. 4" dari Hindia menyerukan perhatian terhadap isu krisis iklim yang semakin mendesak. Menggunakan format dialog yang dialogis dan emosional, lirik lagu ini menggambarkan ketidakpuasan dan keterpurukan terhadap kondisi lingkungan saat ini, sambil mempertanyakan tanggung jawab generasi yang lebih tua terhadap generasi yang akan datang.

Analisis Tema dan Makna

Salah satu tema utama yang diangkat adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap krisis iklim. Dalam pembukaannya, lagu ini mencatat hasil survei yang menunjukkan bahwa negara kita berada di peringkat pertama dalam hal warga yang tidak percaya akan adanya krisis iklim. Hal ini diikuti dengan pernyataan tegas bahwa, meskipun ada penolakan, fakta bahwa krisis iklim nyata dan berlangsung cepat tidak bisa diabaikan.

Dialog yang terjalin dalam lirik menampilkan perbincangan antara dua pihak; satu pihak tampak berupaya menenangkan ketegangan dengan alasan yang logis, sementara pihak lain secara vokal menyuarakan skeptisisme dan kekecewaan atas keadaan. Penggunaan kata-kata seperti "telat" dan "terlambat" semakin menguatkan rasa urgensi yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Kontras Generasi

Dalam bait-bait selanjutnya, lirik menyoroti konflik antar generasi, di mana generasi yang lebih tua dianggap telah mengambil hak-hak generasi muda dengan mengabaikan tanggung jawab lingkungan. Ada nuansa kesedihan ketika dinyatakan bahwa masa depan anak-anak mungkin tidak akan secerah yang dibayangkan. Ungkapan "Anak-anak kita masih bisa bermain di pantai" menjadi ironi yang menyayat hati, karena menggambarkan harapan yang rentan terhadap kenyataan pahit yang akan mereka hadapi.

Kritik Terhadap Selubung Kepustakaan: Realita dan Harapan

Melewati bagian tengah lirik, ada penekanan pada kritik sosial terhadap perusahaan yang secara lahiriah mengklaim perhatian terhadap isu lingkungan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) tetapi sebenarnya justru menjadi penyebab kerusakan lingkungan. Hal ini menunjukkan kedalaman kesadaran penulis tentang hipokrasi yang kerap kali terjadi dalam tindak lanjut terhadap krisis iklim.

Pernyataan-tegas bahwa "kita ini bunuh diri pelan-pelan" mencerminkan rasa putus asa yang mendalam dan menciptakan momen refleksi. Lirik ini bukan hanya wanti-wanti tentang masalah ini, melainkan juga menyerukan untuk memikirkan tindakan yang lebih serius untuk masa depan planet ini.

Penutup dan Harapan Penuh Ketidakpastian

Akhir lirik menyampaikan pesan yang suram mengenai waktu yang tersisa untuk menyelamatkan planet kita, dengan ungkapan bahwa mungkin Bumi hanya memiliki waktu sekitar sepuluh tahun lagi. Pertanyaan "Berapa lama waktu kita?" menjadi penutup reflektif yang kembali mengarahkan pendengar untuk merenungkan keberlangsungan hidup di Bumi dalam ketidakpastian yang menyelimuti.

Secara keseluruhan, "WAWANCARA LIAR, PT. 4" adalah sebuah karya yang sangat mendalam, menggugah, dan penuh makna. Liriknya tidak hanya mengajak pendengar untuk berpikir kritis, tetapi juga merasakan beban emosi yang dihadapi oleh generasi saat ini berkaitan dengan perubahan iklim. Hindia berhasil mengemas semua ini dalam bentuk yang dapat dipahami dan mengena, menjadikannya sebuah lagu yang relevan di zaman sekarang.

Tracklist Album