
- Tentang
- Lirik
- Review
- Tracklist
- Komentar
Di kamar ini, aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini, aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari Ibu
Makna lirik lagu ini menggambarkan perjalanan hidup seseorang yang dimulai dari tempat yan... tampilkan semua
Nama dusunku Ujung Aspal Pondok Gede
Rimbun dan anggun, ramah senyum penghuni dusun
Makna lirik lagu ini mencerminkan kecintaan dan kebanggaan seseorang terhadap kampung hala... tampilkan semua
Kambing sembilan, motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah s′bagai gantinya
Makna lirik lagu ini menggambarkan kehidupan dan perjuangan seseorang dalam menghadapi per... tampilkan semua
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana
Dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Makna lirik lagu ini menggambarkan keterikatan antara tanah moyang dengan rencana pembangu... tampilkan semua
Di depan masjid, samping rumah wakil Pak Lurah
Tempat dulu kami bermain, mengisi cerahnya hari
Namun, sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu per satu sahabat pergi dan takkan pernah kembali
Makna lirik lagu ini mencerminkan kenangan masa kecil yang indah dan kebersamaan di lingku... tampilkan semua
Lagu "Ujung Aspal Pondok Gede" oleh Iwan Fals adalah sebuah karya seni yang tak sekadar indah didengar, namun juga menyimpan makna mendalam tentang identitas, perubahan sosial, dan rasa kehilangan. Melalui liriknya, Iwan Fals mengajak pendengar untuk merenungkan perjalanan hidup yang diwarnai oleh tempat asal dan dampak urbanisasi.
Identitas dan Kenangan Masa Kecil
Pembukaan lagu ini langsung membawa kita ke dalam ruang pribadi Iwan Fals. Ia menyebutkan, "Di kamar ini, aku dilahirkan", yang menandakan kedekatan emosional dengan tempat tersebut. Penyebutan "balai bambu" dan "buah tangan bapakku" menggambarkan akar budaya dan tradisi yang menghidupi dirinya. Hal ini diikuti dengan penggambaran kasih sayang orang tua, khususnya "dibelai mesra lentik jari Ibu", yang menggugah rasa nostalgia akan cinta dan kehangatan masa kecil.
Deskripsi Dusun dan Kehidupan Tradisional
Nama dusun "Ujung Aspal Pondok Gede" menjadi simbol identitas komunitas yang ramah dan bersahaja. Dalam liriknya, Iwan Fals juga menjelaskan tentang kehidupan sehari-hari di dusun tersebut, dengan menyebut "Kambing sembilan, motor tiga bapak punya", yang merefleksikan kehidupan yang sederhana namun utuh. Namun, keindahan dan ketenangan ini terancam oleh perubahan yang dibawa oleh modernitas.
Dampak Urbanisasi dan Kehilangan
Dalam bagian selanjutnya, liriknya bergetar dengan kesedihan ketika menyebutkan "tanah moyangku tersentuh sebuah rencana". Ini mencirikan bagaimana perkembangan kota dan rencana pembangunan sering kali mengorbankan warisan budaya dan lingkungan. Iwan Fals menyoroti "serakahnya kota" yang mengubah wajah dusun yang tadinya damai menjadi padat dan keras.
Wajah Pribumi yang Terpinggirkan
Dengan nada yang lebih murung, Iwan Fals menegaskan dampak sosial dari perubahan ini. Wajah pribumi menjadi "murung" dan "langkah hewan bernyanyi" menggambarkan kesedihan atas kehilangan alam dan ke kehidupan yang lebih alami. "Tempat dulu kami bermain" menekankan rasa rindu akan masa lalu yang tak dapat tergantikan, saat semua terasa lebih sederhana dan penuh kebahagiaan.
Kesimpulan
La gu "Ujung Aspal Pondok Gede" bukan hanya merekam kenangan Iwan Fals akan kampung halamannya, tetapi juga berfungsi sebagai kritik sosial terhadap urbanisasi yang seringkali merampas identitas dan kehidupan masyarakat. Melalui lirik yang penuh perasaan ini, Iwan Fals mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga akar dan identitas kita di tengah arus perubahan zaman yang semakin cepat.

