"Tolerate It" adalah sebuah karya yang penuh emosi dari penyanyi dan penulis lagu terkenal, Taylor Swift. Dalam lagu ini, Swift menggambarkan dinamika hubungan yang kompleks, di mana satu pihak merasa tidak dihargai dan terabaikan, sementara pihak lainnya tampak acuh tak acuh terhadap usaha dan pengorbanan yang dilakukan. Melalui lirik-lirik yang puitis dan reflektif, kita diajak untuk memahami lapisan-lapisan kedalaman cinta yang sering kali tidak terucapkan.

Mengamati Ketidakadilan dalam Hubungan

Lagu ini dimulai dengan pernyataan yang sangat mendalam, "I sit and watch you reading with your head low." Dari sini, kita dapat merasakan posisi narator yang pasif, menyaksikan kehidupan orang yang dicintainya, seolah menjadi bagian dari latar belakang, bukan fokus utama. Kalimat ini menyiratkan perasaan ketidakberdayaan dan kerinduan untuk diperhatikan. Penekanan pada aktivitas yang rendah hati, seperti membaca, menunjukkan kehidupan sehari-hari yang biasa, tetapi juga mempertegas jarak emosional yang ada.

Pengorbanan dan Keterikatan

Dalam lirik "I wait by the door like I'm just a kid," narator menggambarkan ketidaksabaran dan kerentanan. Dia menunggu, seakan-akan mencerminkan anak kecil yang menginginkan perhatian dari orang dewasa. Selain itu, lirik "Use my best colors for your portrait" mencerminkan pengorbanan yang dilakukan narator, menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk menyenangkan pasangannya, walaupun hasilnya hanya ditolerir. Di sini, Swift ingin menyampaikan bahwa cinta sejati seharusnya dirayakan, bukan hanya sekadar ditoleransi.

Refleksi Terhadap Ketidakpuasan

Salah satu elemen menarik dari lagu ini adalah bagaimana narator mulai mempertanyakan keadaan hubungan mereka. Ketika dia bilang, "If it’s all in my head, tell me now," kita merasakan keraguan yang mendalam. Mungkin ada saat-saat di mana dia merasa semua rasa sakit ini hanya imajinasinya. Namun, pengakuan bahwa "I know my love should be celebrated, but you tolerate it" menghantam realitas pahit bahwa cinta yang dalam tidak selalu dibalas dengan cara yang sama.

Panggilan untuk Merenungkan Cinta yang Seharusnya

Saat lagu memasuki bagian yang lebih emosional, ada perpindahan dari observasi pasif menjadi panggilan untuk tindakan. "What would you do if I break free and leave us in ruins?" adalah tantangan mendalam tentang apa yang akan terjadi jika narator mengambil langkah tegas untuk mengakhiri hubungan yang tidak seimbang ini. Ini adalah momen refleksi yang penuh kekuatan, yang menunjukkan bahwa cinta tidak seharusnya menjadikan seseorang merasa terkurung.

Kesimpulan: Cinta yang Layak Dirayakan

"Tolerate It" oleh Taylor Swift bukan sekadar lagu tentang cinta yang tak terbalas, tetapi lebih kepada upaya untuk menjalani hubungan yang tidak memadai. Melalui lirik yang introspektif dan emosi yang menyentuh, Swift mampu menggambarkan perasaan frustrasi, kerinduan, dan keinginan untuk dicintai dengan tulus. Lagu ini mengajak pendengarnya untuk merenungkan nilai cinta sejati, yang seharusnya lebih dari sekadar toleransi, tetapi perayaan akan keindahan dan komitmen dalam sebuah hubungan. Ini adalah sorotan yang sangat relevan, yang mungkin dialami banyak orang dalam berbagai konteks hubungan mereka.

• 1willow3:34
• 2champagne problems4:04
• 3gold rush3:05
• 4‘tis the damn season3:49
• 5tolerate it4:05
• 6no body, no crime (feat. HAIM)3:35
• 7happiness5:15
• 8dorothea3:45
• 9coney island (feat. The National)4:35
• 10ivy4:20
• 11cowboy like me4:35
• 12long story short3:35
• 13marjorie4:17
• 14closure3:00
• 15evermore (feat. Bon Iver)5:04
• 16right where you left me - bonus track4:05
• 17it’s time to go - bonus track4:14