v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 33 - Surat Luqmān (Luqman)
لقمٰن
Ayat 33 / 34 •  Surat 31 / 114 •  Halaman 414 •  Quarter Hizb 42 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖۖ وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهٖ شَيْـًٔاۗ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ

Ya ayyuhan-nāsuttaqū rabbakum wakhsyau yaumal lā yajzī wālidun ‘aw waladih(ī), wa lā maulūdun huwa jāzin ‘aw wālidihī syai'ā(n), inna wa‘dallāhi ḥaqqun falā tagurrannakumul-ḥayātud-dun-yā, wa lā yagurrannakum billāhil-garūr(u).

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah akan hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat membela anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) membela bapaknya sedikit pun! Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kamu diperdaya oleh kehidupan dunia dan jangan sampai karena (kebaikan-kebaikan) Allah kamu diperdaya oleh penipu.

Makna Surat Luqman Ayat 33
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Beralih dari pemaparan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya, Allah dalam ayat ini memerintahkan manusia bertakwa kepada-Nya dan takut akan datangnya hari kiamat. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang menciptakanmu dan memberimu rezeki serta menundukkan dan mengendalikan alam ini demi memenuhi kebutuhanmu, dan takutlah kamu pada hari yang ketika itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak pula dapat menolong bapaknya sedikit pun. Bertakwalah dengan menunjukkan penghambaan yang tulus kepada-Nya. Sungguh, hari kebangkitan, pahala, dan siksa yang merupakan janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia yang fana, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu yang salah dalam memahami Allah, seakan Dia membiarkan mereka sesat dengan tidak menurunkan azab, padahal turunnya azab itu hanya ditunda sesaat.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan perintah-perintah dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya untuk kepentingannya. Manusia hendaklah takut pada hari dimana terjadi malapetaka yang dahsyat, tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari malapetaka itu. Pada waktu itu, seorang ayah tidak kuasa menolong anaknya, demikian pula seorang anak tidak dapat menolong bapaknya, karena segala urusan waktu itu berada di tangan Allah. Tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang telah dilakukannya. Mereka memikul dosanya masing-masing. Hanya perbuatan baik yang telah dilakukannya selama hidup di dunia yang dapat menolong manusia dari malapetaka itu.

Allah memperingatkan bahwa janji-Nya membangkitkan manusia dari kubur adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi dan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan sedikit pun. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali manusia tertipu oleh kesenangan hidup di dunia dan segala kenikmatan yang ada padanya, sehingga mereka berusaha dan menghabiskan seluruh waktu yang ada untuk memperoleh dan menikmati kesenangan-kesenangan duniawi. Akibatnya, tidak ada waktu lagi untuk beribadah kepada Allah, serta mengerjakan kebajikan dan amal saleh. Padahal kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal dan lebih baik.

Demikian pula Allah memperingatkan manusia akan tipu daya setan, yang selalu mencari-cari kesempatan untuk memperdaya manusia. Setan itu menjadikan kehidupan dunia itu indah dalam pandangan matanya, sehingga mereka lupa kepada tugas yang dipikulkan Allah kepada mereka sebagai khalīfatullāh fil arḍ (makhluk yang diberi-Nya tugas memakmurkan bumi).

Isi Kandungan Kosakata

1. Al-Garūr اَلْغَـُروْر (Luqmān/31: 33)

Al-Gurūr terambil dari akar kata garra-yagurru-garran yang berarti menipu atau kelalaian dalam keadaan sadar (teperdaya). Kata ini terulang sebanyak 3 kali dalam Al-Qur’an (Luqmān/31: 33; Fāṭir/35: 5; al-Ḥadīd/57: 14). Asal katanya adalah al-gurr yaitu bekas yang tampak. Gurrat al-fars berarti bekas telapak kaki kuda. Gurr juga bisa diartikan dengan sesuatu yang bisa menipu atau membuat manusia teperdaya. Gārrat an-nāqah artinya air susu sapi itu menjadi sedikit setelah si pemilik sapi itu menduga akan menghasilkan air susu yang banyak. Bahkan sebagian mengartikan kata ini dengan setan yang senantiasa menggoda dan menipu manusia melalui bisikan-bisikannya. Alam dunia juga termasuk ke dalam kandungan kata ini, di mana dunia mengandung hal-hal yang bisa menipu manusia untuk kelangsungan hidup di akhirat. Dari semua pengertian itu, kata garra mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan yang dihasilkan. Dari sini, terlihat bahwa garra mengandung unsur penipuan.

Maksud ayat ini adalah agar manusia bersikap hati-hati dengan dunia dan setan. Keduanya bisa melalaikan manusia dari ibadah kepada Allah. Dunia dengan segala kesenangan dan kenikmatannya hanyalah ladang untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, janganlah tertipu oleh gemerlapnya dunia. Sekilas dunia memang membuat orang lupa, tetapi kalau tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah, maka akan menjadi malapetaka untuk dirinya. Dalam ayat ini juga, Allah mengingatkan manusia agar bersikap waspada terhadap pelaku penipuan yaitu setan (gurūr). Karena dengan berbagai upayanya, dia akan terus menggoda manusia agar melupakan Allah. Setan itu menjadikan kehidupan dunia itu indah dalam pandangan matanya, sehingga manusia lupa kepada tugas utamanya beribadah kepada penciptanya.

2. ‘Ilm as-Sā’ah عِلْمُ السَّاعَةِ (Luqmān/3: 34)

As-Sā’ah terambil dari kata sā’a yaitu bagian dari waktu. Jam disebut dengan sā’ah karena berkaitan dengan waktu. Kemudian makna ini menjadi meluas dengan arti hari Kiamat. Dalam Al-Qur’an, penggunaan kata sā’ah memiliki dua arti yaitu waktu yang sebentar, teramat cepat, dan hari Kiamat. Kata yang terakhir ini lebih banyak digunakan. Ada tiga makna dari kata as-sā’ah: pertama, as-sā’ah al-kubra yaitu (kiamat besar) hari dibangkitkan semua manusia dari kuburnya untuk dilakukan perhitungan (hisab) amal. Kedua, as-sā’ah al-wusṭa (kiamat pertengahan), ditandai dengan kematian seorang tokoh ulama. Ketiga, as-sā’ah aṣ-ṣugra (kiamat kecil) yang ditandai dengan kematian seseorang, karena kematian baginya adalah sebuah kiamat.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan hanya Dialah yang mengetahui hakikat hari Kiamat. Tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan kapan datangnya hari Kiamat kecuali Dia. (al-A‘rāf/7: 187).