اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ
Innallāha ‘indahū ‘ilmus-sā‘ah(ti), wa yunazzilul-gaiṡ(a), wa ya‘lamu mā fil-arḥām(i), wa mā tadrī nafsum māżā taksibu gadā(n), wa mā tadrī nafsum bi'ayyi arḍin tamūt(u), innallāha ‘alīmun khabīr(un).
Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok.603) (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
Ayat ini memaparkan lima hal gaib yang hanya diketahui Allah hakikatnya. Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang kapan hari Kiamat tiba; dan Dia yang menurunkan hujan pada waktu, tempat, dan kadar yang ditentukan-Nya; dan mengetahui apa yang ada dalam rahim, terutama jenis kelamin, karakter, dan sifat-sifatnya. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakannya atau didapatinya besok, namun mereka tetap wajib berusaha. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui dengan ilmu-Nya yang mutlak dan tidak terbatas pada lima hal gaib tersebut, Maha Mengenal karena ilmu-Nya meliputi hal-hal lahir dan batin.[]
Pada ayat ini, Allah menerangkan lima perkara gaib yang hanya Dia yang mengetahuinya, yaitu:
1. Hanya Allah yang mengetahui kapan datangnya Hari Kiamat. Tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui meskipun itu malaikat, padahal malaikat adalah makhluk yang paling dekat dengan-Nya. Hal ini juga tidak diketahui oleh para nabi yang diutus.
لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ
Tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (al-A‘rāf/7: 187)
2. Hanya Allah yang menurunkan hujan. Dia yang menetapkan kapan, dimana, dan berapa banyak kadar air yang akan dicurahkan-Nya. Ketetapan ini tidak seorang pun yang dapat mengetahuinya.
3. Hanya Allah yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada dalam kandungan seorang perempuan, apakah cacat atau sempurna, dan kapan ia akan dilahirkan.
4. Hanya Dia pula yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan oleh seseorang esok harinya. Sekalipun manusia dapat merencanakan apa yang akan dikerjakannya itu, namun semuanya itu hanyalah bersifat rencana saja. Jika Allah menghendaki, pekerjaan itu akan terlaksana. Akan tetapi, jika Ia tidak menghendaki, tidak sukar bagi-Nya untuk menghalangi terlaksananya.
5. Seseorang tidak mengetahui di mana ia akan meninggal dunia nanti. Apakah di daratan, di lautan, ataupun di udara. Apakah di negeri ini, atau di negeri yang lain. Hanya Allah saja yang dapat mengetahuinya dengan pasti.
Diriwayatkan dari Ibnu Munżir dari ‘Ikrimah bahwa seorang laki-laki bernama al-Wāriṡ bin ‘Amr bin Ḥāriṡah datang kepada Nabi saw, ia bertanya, “Ya Muhammad, kapan akan datang hari Kiamat? Bumi kita telah kering, kapan akan menjadi subur? Sesungguhnya aku meninggalkan istriku dalam keadaan hamil, kapan ia akan melahirkan? Aku mengetahui apa yang aku kerjakan sekarang, maka apakah yang akan aku kerjakan esok harinya? Aku mengetahui tempat aku dilahirkan, maka di tempat manakah aku akan meninggal? Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah saw bersabda:
مَفَاتِي حُ الْغَيْبِ خَمْسٌ: اِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى اْلاَرْحَامِ وَمَاتَدْرِيْ نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدَا وَمَاتَدْرِيْ نَفْسٌ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُ اِنَّ الله َعَلِيْمٌ خَبِيْرٌ (رواه البخاري و مسلم عن ابن عمر)
Kunci masalah yang gaib itu ada lima, “Sesungguhnya hanya pada Allah sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat. Dialah yang menurunkan hujan, Dia mengetahui apa yang dalam rahim, seseorang tidak mengetahui apa yang akan dikerjakannya esok harinya, dan ia juga tidak mengetahui di bumi mana ia akan meninggal dunia. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Ibnu ‘Umar)
1. Al-Garūr اَلْغَـُروْر (Luqmān/31: 33)
Al-Gurūr terambil dari akar kata garra-yagurru-garran yang berarti menipu atau kelalaian dalam keadaan sadar (teperdaya). Kata ini terulang sebanyak 3 kali dalam Al-Qur’an (Luqmān/31: 33; Fāṭir/35: 5; al-Ḥadīd/57: 14). Asal katanya adalah al-gurr yaitu bekas yang tampak. Gurrat al-fars berarti bekas telapak kaki kuda. Gurr juga bisa diartikan dengan sesuatu yang bisa menipu atau membuat manusia teperdaya. Gārrat an-nāqah artinya air susu sapi itu menjadi sedikit setelah si pemilik sapi itu menduga akan menghasilkan air susu yang banyak. Bahkan sebagian mengartikan kata ini dengan setan yang senantiasa menggoda dan menipu manusia melalui bisikan-bisikannya. Alam dunia juga termasuk ke dalam kandungan kata ini, di mana dunia mengandung hal-hal yang bisa menipu manusia untuk kelangsungan hidup di akhirat. Dari semua pengertian itu, kata garra mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan yang dihasilkan. Dari sini, terlihat bahwa garra mengandung unsur penipuan.
Maksud ayat ini adalah agar manusia bersikap hati-hati dengan dunia dan setan. Keduanya bisa melalaikan manusia dari ibadah kepada Allah. Dunia dengan segala kesenangan dan kenikmatannya hanyalah ladang untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, janganlah tertipu oleh gemerlapnya dunia. Sekilas dunia memang membuat orang lupa, tetapi kalau tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah, maka akan menjadi malapetaka untuk dirinya. Dalam ayat ini juga, Allah mengingatkan manusia agar bersikap waspada terhadap pelaku penipuan yaitu setan (gurūr). Karena dengan berbagai upayanya, dia akan terus menggoda manusia agar melupakan Allah. Setan itu menjadikan kehidupan dunia itu indah dalam pandangan matanya, sehingga manusia lupa kepada tugas utamanya beribadah kepada penciptanya.
2. ‘Ilm as-Sā’ah عِلْمُ السَّاعَةِ (Luqmān/3: 34)
As-Sā’ah terambil dari kata sā’a yaitu bagian dari waktu. Jam disebut dengan sā’ah karena berkaitan dengan waktu. Kemudian makna ini menjadi meluas dengan arti hari Kiamat. Dalam Al-Qur’an, penggunaan kata sā’ah memiliki dua arti yaitu waktu yang sebentar, teramat cepat, dan hari Kiamat. Kata yang terakhir ini lebih banyak digunakan. Ada tiga makna dari kata as-sā’ah: pertama, as-sā’ah al-kubra yaitu (kiamat besar) hari dibangkitkan semua manusia dari kuburnya untuk dilakukan perhitungan (hisab) amal. Kedua, as-sā’ah al-wusṭa (kiamat pertengahan), ditandai dengan kematian seorang tokoh ulama. Ketiga, as-sā’ah aṣ-ṣugra (kiamat kecil) yang ditandai dengan kematian seseorang, karena kematian baginya adalah sebuah kiamat.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan hanya Dialah yang mengetahui hakikat hari Kiamat. Tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan kapan datangnya hari Kiamat kecuali Dia. (al-A‘rāf/7: 187).

