هُدًى وَّرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِيْنَۙ
Hudaw wa raḥmatal lil-muḥsinīn(a).
sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,
Kami turunkan Al-Qur’an ini sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu mereka yang senantiasa beramal saleh dengan ikhlas.
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an berisi petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam mengarungi semua sisi kehidupan di dunia yang mengantar dan memimpinnya mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
Jika manusia membuka lembaran-lembaran sejarah dari zaman dahulu sampai sekarang, ia akan berkesimpulan bahwa dengan diutusnya Nabi Muhammad oleh Allah dengan membawa Al-Qur’an yang berisi pokok-pokok risalah yang dibawanya, maka terbukalah pintu-pintu kebajikan bagi semesta alam. Dengan hal itu, bertambah pulalah perkembangan ilmu pengetahuan dengan segala macam cabangnya.
Sekalipun telah ada kebudayaan yang tinggi sebagai hasil pemikiran manusia pada periode sebelum ini, seperti kebudayaan Mesir kuno, Babilonia, Yunani, dan sebagainya, namun semua itu belum mempunyai dasar-dasar yang kuat dan kukuh untuk mencapai perkembangan manusia lebih lanjut dan sempurna di kemudian hari.
Dalam bidang hidup dan kehidupan manusia, Al-Qur’an memberi petunjuk agar manusia menjaga keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani, serta keseimbangan dalam mencapai kehidupan duniawi dan ukhrawi. Demikian pula dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, apa yang halal dan baik untuk dimakan boleh dimakan dan apa yang tidak baik jangan dimakan. Juga terdapat tuntunan cara berbicara dan bergaul yang baik dan sebagainya. Al-Qur’an memberi petunjuk dan aturannya, kemudian manusia mengolah dan menyesuaikan dirinya dengan alam sekelilingnya berdasarkan petunjuk dan aturan itu, mana yang paling baik dan tepat untuk dilaksanakan, dan mana yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Orang-orang yang memikirkan, merenungkan, mengolah, dan mengamalkan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya adalah “orang-orang yang muhsin”.
Al-Ākhirah اَلآخِرَةِ (Luqmān/31: 4)
Kata al-ākhirah secara kebahasaan berarti hari akhir, hari penghabisan, atau kehidupan lanjutan (yang kekal) setelah kehidupan di dunia (yang fana) ini berakhir. Kata al-ākhirah dalam konteks ayat di atas tidak bisa dilepaskan dari ayat sebelumnya, karena Allah sesungguhnya sedang menjelaskan predikat al-muḥsinīn yang terdapat pada ayat sebelumnya. Dijelaskan-Nya, al-muḥsinīn adalah orang-orang yang mendirikan salat, membayar zakat, dan yakin pada al-ākhirah, yaitu kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini. Al-Ākhirah itulah tempat pembalasan bagi manusia atas segala perbuatan yang dilakukannya selama hidup di dunia.

