وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَفَرَّقُوْنَ
Wa yauma taqūmus-sā‘atu yauma'iżiy yatafarraqūn(a).
Pada hari (ketika) terjadi kiamat, pada hari itu, manusia terpecah-pecah (dalam kelompok).
Dan pada hari ketika terjadi Kiamat, pada hari itu manusia terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok. Orang yang beriman akan dimasukkan ke surga dan orang kafir serta pendurhaka akan dimasukkan ke neraka.
Apabila di dunia ini ada kesetiaan antara kaum musyrik dengan berhala-berhala mereka, kesetiaan pengikut dengan pemimpinnya, dan kesetiaan antara mereka sendiri untuk berkumpul dan berserikat guna menyembah serta mempertahankan berhala-berhala itu, maka di akhirat kelak segala macam hubungan akan terputus semuanya. Yang disembah tidak akan memperhatikan kepada yang menyembah. Begitu pula yang menyembah tidak akan melihat kepada kawannya atau berhala yang disembah. Pada waktu itu, masing-masing pribadi mengurus dirinya sendiri, seperti firman Allah:
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ ٣٧ (عبس)
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (‘Abasa/80: 37)
Pada hari Kiamat kaum Muslimin dan orang-orang kafir terpisah. Mereka mempunyai urusan sendiri-sendiri seperti yang akan diterangkan pada ayat-ayat berikut ini.
Yublisu al-Mujrimūn يُبْلِسُ الْمُجْرِمُوْن َ (ar-Rūm/30:12)
Yublisu merupakan fi’il muḍāri’ dari ablasa. Akar katanya dari (ba’-lam-sin) mempunyai beberapa arti yang berdekatan yaitu: kesedihan, kebingungan, putus asa, diam karena tertimpa kesedihan, diam karena tidak bisa melawan dalil lawan bicaranya. Dari akar kata ini muncul kata Iblīs yaitu setan yang tidak tunduk kepada perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Dinamakan demikian karena keputusasaannya mendapatkan rahmat Allah. Al-Mujrimūn merupakan bentuk plural (jamak) dari kata mujrim. Kata al-mujrim adalah isim fā’il dari ajrama. Akar katanya (jim-ra’-mim) artinya melakukan (kasaba). Kata ini seringkali digunakan untuk melakukan sesuatu yang tidak baik. Ajrama berarti melakukan perbuatan dosa. Dalam Al-Qur’an ungkapan al-mujrimūn ditujukan kepada mereka yang melakukan perbuatan kekufuran. Dengan demikian, ungkapan “yublisul mujrimūn” diartikan: pada hari Kiamat orang yang berdosa akan terdiam berputus asa.

