وَلَمْ يَكُنْ لَّهُمْ مِّنْ شُرَكَاۤىِٕهِمْ شُفَعٰۤؤُا وَكَانُوْا بِشُرَكَاۤىِٕهِمْ كٰفِرِيْنَ
Wa lam yakul lahum min syurakā'ihim syufa‘ā'u wa kānū bisyurakā'ihim kāfirīn(a).
Tidak mungkin ada pemberi syafaat (pertolongan) bagi mereka dari berhala-berhala yang mereka anggap sekutu Allah, bahkan mereka mengingkari berhala-berhalanya itu.583)
Dan pada hari itu juga tidak mungkin ada pemberi syafaat dan pertolongan bagi mereka dari berhala-berhala yang di dunia dulu mereka sembah dan harap pertolongannya. Melihat hal ini, mereka mengingkari berhala-berhala mereka itu dan berlepas diri dari mereka karena ternyata berhala-berhala itu tidak mampu membantu mereka justru pada saat dibutuhkan. Mereka bahkan menegaskan seandainya dikembalikan ke dunia, mereka bersumpah tidak akan menyembah berhala-berhala itu lagi. (Lihat pula: al-Baqarah/2: 166-167)
Kedua ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang musyrik yang mengingkari hari kebangkitan. Mereka tidak mau menerima kebenaran tentang adanya hari kebangkitan seperti tersebut di atas. Dengan demikian, mereka disebut orang-orang berdosa. Walaupun merasa tenteram dengan kehidupan dunia, namun mereka pasti akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Di kala itu, mereka tidak akan mendapatkan alasan apa pun untuk membela nasib sehingga mereka terdiam dan putus asa.
Orang berdosa itu tidak akan mendapat syafaat yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. Segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah telah menyesatkan mereka, sebelum mereka benar-benar yakin bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu akan mendekatkan diri mereka kepada Allah, seperti diterangkan dalam firman-Nya:
وَيَعْب دُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗقُلْ اَتُنَبِّـُٔوْ نَ اللّٰهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ١٨ (يونس)
Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan itu. (Yūnus/10: 18)
Orang-orang musyrik itu di akhirat mengingkari berhala-berhala yang mereka sembah di dunia, padahal dengan berhala-berhala itulah mereka mempersekutukan Tuhan semesta alam di dunia.
Yublisu al-Mujrimūn يُبْلِسُ الْمُجْرِمُوْن َ (ar-Rūm/30:12)
Yublisu merupakan fi’il muḍāri’ dari ablasa. Akar katanya dari (ba’-lam-sin) mempunyai beberapa arti yang berdekatan yaitu: kesedihan, kebingungan, putus asa, diam karena tertimpa kesedihan, diam karena tidak bisa melawan dalil lawan bicaranya. Dari akar kata ini muncul kata Iblīs yaitu setan yang tidak tunduk kepada perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Dinamakan demikian karena keputusasaannya mendapatkan rahmat Allah. Al-Mujrimūn merupakan bentuk plural (jamak) dari kata mujrim. Kata al-mujrim adalah isim fā’il dari ajrama. Akar katanya (jim-ra’-mim) artinya melakukan (kasaba). Kata ini seringkali digunakan untuk melakukan sesuatu yang tidak baik. Ajrama berarti melakukan perbuatan dosa. Dalam Al-Qur’an ungkapan al-mujrimūn ditujukan kepada mereka yang melakukan perbuatan kekufuran. Dengan demikian, ungkapan “yublisul mujrimūn” diartikan: pada hari Kiamat orang yang berdosa akan terdiam berputus asa.

