v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 77 - Surat Yūsuf (Yusuf)
يوسف
Ayat 77 / 111 •  Surat 12 / 114 •  Halaman 244 •  Quarter Hizb 25.25 •  Juz 13 •  Manzil 3 • Makkiyah

۞ قَالُوْٓا اِنْ يَّسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ اَخٌ لَّهٗ مِنْ قَبْلُۚ فَاَسَرَّهَا يُوْسُفُ فِيْ نَفْسِهٖ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْۚ قَالَ اَنْتُمْ شَرٌّ مَّكَانًا ۚوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا تَصِفُوْنَ

Qālū iy yasriq faqad saraqa akhul lahū min qabl(u), fa asarrahā yūsufu fī nafsihī wa lam yubdihā lahum, qāla antum syarrum makānā(n), wallāhu a‘lamu bimā taṣifūn(a).

Mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata, “Jika dia (Bunyamin) mencuri, sungguh sebelum ini saudaranya pun (Yusuf) pernah mencuri.” Maka Yusuf menyembunyikan (kekesalan) dalam hatinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), “Kamu lebih buruk kedudukan (yakni sifat-sifat kamu). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan.”

Makna Surat Yusuf Ayat 77
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Betapa terperanjat saudara-saudara Nabi Yusuf menerima kenyataan bahwa piala ditemukan dalam karung Bunyamin. Untuk menutupi malu, mereka berkata, “Jika dia, Bunyamin, benar-benar mencuri, maka sungguh sifat buruk itu sama dengan sifat buruk saudara kandungnya, Nabi Yusuf. Sebelum itu saudara kandung-nya pun pernah pula mencuri.”Maka saat mendengar ucapan itu, Nabi Yusuf merasa jengkel, tetapi ia dapat menyembunyikan kejengkelan itu dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka. Dia hanya berkata dalam hati, “Kedudukanmu justru lebih buruk karena kamu telah berbohong kepada ayah kamu, mencuri, dan menganiaya Yusuf dengan memasukkannya ke dalam sumur. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan dan apa yang kamu sembunyikan.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini, saudara-saudara Yusuf mengatakan bahwa jika Bunyamin ternyata mencuri, itu karena saudaranya Yusuf juga telah mencuri. Tuduhan mereka bahwa Yusuf pernah mencuri menunjukkan bahwa sifat dengki masih tertanam dalam hati mereka. Hal itu sempat menimbulkan perasaan jengkel dalam diri Yusuf. Akan tetapi, dengan sabar Yusuf mampu menyembunyikan kejengkelan itu dan tidak menampakkan-nya kepada mereka.

Bahwa Yusuf dikatakan pernah mencuri pada waktu ia masih kecil, sebenarnya tidaklah benar. Peristiwa yang sebenarnya bukanlah kasus pencurian, melainkan kasus yang direkayasa agar Yusuf kecil tetap tinggal bersama bibinya, tidak dibawa pulang oleh ayahnya, yaitu Nabi Yakub a.s. Kasusnya adalah seperti yang diriwayatkan oleh Mujahid r.a. yang menerangkan bahwa Yusuf ketika kecil dipelihara oleh bibinya yang sangat sayang kepadanya. Bibinya menyimpan ikat pinggang Nabi Ishak a.s. yang secara turun-temurun diwariskan kepada anaknya yang tertua. Nabi Yakub sering datang kepada saudara perempuannya, untuk mengambil Yusuf. Karena bibinya amat sayang kepadanya, beliau mempertahankan Yusuf supaya tetap di bawah asuhannya. Akhirnya, bibinya tersebut membuat suatu taktik dengan mengikatkan ikat pinggang pusaka tadi ke pinggang Yusuf dan ditutup oleh bajunya sehingga tidak kelihatan. Lalu, bibinya mengumumkan bahwa ikat pinggang pusaka itu hilang dicuri orang. Kemudian, semua anggota keluarga diperiksa. Ternyata ikat pinggang kedapatan dipakai oleh Yusuf. Menurut syariat Nabi Yakub a.s. waktu itu, Yusuf harus diserahkan kepada bibinya sebagai hamba sahaya selama satu tahun. Peristiwa inilah, antara lain, yang dituduhkan oleh saudara-saudaranya bahwa ia pernah mencuri.

Isi Kandungan Kosakata

al-’Azīz الْعَزِيْز (Yūsuf/12: 78)

Jika dilihat dari akar katanya, al-’Azīz terambil dari (ع- ز- ز) yang berarti kuat atau keras. Arḍ ‘azaz adalah tanah atau bumi yang keras. Al-’Izzah adalah satu keadaan dimana seseorang sulit untuk bisa dikalahkan karena kuatnya. Al-’Azīz adalah seorang yang kuat, bisa mengalahkan orang lain, dan tidak terkalahkan. Akar kata di atas bisa juga diartikan dengan sedikit. Sesuatu yang sedikit mempunyai bobot dan nilai yang tinggi. Oleh karena itu, ‘azīz bisa diartikan pula dengan mulia. Ungkapan al-’azīz pada ayat ini adalah julukan bagi pembesar di Mesir pada saat itu. Ada yang mengatakan itu untuk perdana menteri atau menteri yang mengurusi perbendaharaan negara atau menteri urusan logistik. Jabatan ini sangat strategis pada saat itu. Kata al-’azīz pada surah ini terulang sebanyak empat kali yaitu pada ayat 30, 51, 78 dan 88. Pada ayat 30 dan 51, yang dimaksud adalah pembesar Mesir yang membeli Nabi Yusuf dari para pedagang. Sedangkan pada ayat 78 dan 88, yang dimaksud adalah Nabi Yusuf sendiri yang telah menggantikan tuannya—yang membeli dan memeliharanya dulu—sebagai bendahara.