v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 111 - Surat Yūsuf (Yusuf)
يوسف
Ayat 111 / 111 •  Surat 12 / 114 •  Halaman 248 •  Quarter Hizb 25.5 •  Juz 13 •  Manzil 3 • Makkiyah

لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ

Laqad kāna fī qaṣaṣihim ‘ibratul li'ulil-albāb(i), mā kāna ḥadīṡay yuftarā wa lākin taṣdīqal-lażī baina yadaihi wa tafṣīla kulli syai'iw wa hudaw wa raḥmatal liqaumiy yu'minūn(a).

Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat. (Al-Qur’an) bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan merupakan pembenar (kitab-kitab) yang sebelumnya, memerinci segala sesuatu, sebagai petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Makna Surat Yusuf Ayat 111
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sebagai penutup Surah Yusuf, Allah kembali mengingatkan bahwa pada kisah para nabi dan rasul, termasuk kisah Nabi Yusuf, terkandung pesan-pesan untuk dipelajari dan dihayati manusia. Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. Kisah-kisah dalam Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat atau sekadar dongeng pelipur lara, tetapi kisah-kisah itu membenarkan kandungan kitab-kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat, Zabur, dan Injil, yang menjelaskan segala sesuatu tentang prinsip-prinsip nilai yang dibutuhkan manusia guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, dan sebagai petunjuk menuju jalan lurus dan rahmat yang penuh berkah bagi orang-orang yang beriman.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa semua kisah nabi-nabi, terutama Nabi Yusuf a.s. bersama ayah dan saudara-saudaranya, adalah pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat. Sedang orang-orang yang lalai yang tidak memanfaatkan akal dan pikirannya untuk memahami kenyataan yang ada, maka kisah Nabi tersebut tidak akan bermanfaat baginya. Mereka tidak akan dapat mengambil pelajaran dan peringatan darinya. Seharusnya mereka memperhatikan bahwa yang mampu dan kuasa menyelamatkan Nabi Yusuf a.s. setelah dibuang ke dasar sumur, meng-angkat derajatnya sesudah ia dipenjarakan, menguasai negeri Mesir sesudah dijual dengan harga murah, meninggikan pangkatnya dari saudara-saudara-nya yang ingin membinasakannya, dan mengumpulkan mereka kembali bersama kedua orang tuanya sesudah berpisah sekian lama, tentu sanggup dan kuasa pula memuliakan Muhammad, meninggikan kalimatnya, memenangkan agama yang dibawanya, serta membantu dan menguatkannya dengan tentara, pengikut, dan pendukung setia, sekalipun di dalam menjalani semuanya itu, beliau pernah mengalami kesukaran dan kesulitan.

Kitab suci Al-Qur’an yang membawa kisah-kisah tersebut, bukanlah suatu cerita yang dibuat-buat dan diada-adakan, tetapi adalah wahyu yang diturunkan Allah swt dan mukjizat yang melemahkan tokoh-tokoh sastra ulung ketika ditantang untuk menyusun yang seperti itu. Kisah-kisah itu diberitakan dari nabi yang tidak pernah mempelajari buku-buku dan tidak pernah bergaul dengan ulama-ulama cerdik pandai. Bahkan kitab Suci Al-Qur’an itu membenarkan isi kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, seperti kitab Taurat, Injil, dan Zabur yang asli tentunya, bukan yang sudah ditambah dengan khurafat dan lain-lain hal yang tidak lagi terjaga kemurniannya. Dalam kitab suci Al-Qur’an diuraikan dengan jelas perintah-perintah Allah, larangan-larangan-Nya, janji-janji dan ancaman-Nya, sifat kesempurnaan yang wajib bagi-Nya dan suci dari sifat-sifat kekurangan dan hal-hal yang lain, sebagaimana firman Allah swt:

مَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ

Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab. (al-An‘ām/6: 38)

Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang mau membacanya dengan penuh kesadaran dan yang mau meneliti dan mendalami isinya. Al-Qur’an juga akan membimbing mereka ke jalan yang benar dan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang membenarkan dan mempercayai serta mengamalkan isinya, karena iman itu ialah ucapan yang dibenarkan oleh hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.

Isi Kandungan Kosakata

1. Ba’suna بَأْسُنَا (Yūsuf/12: 110)

Akar kata yang terdiri dari (ب ـ أ ـ س )mempunyai arti syiddah yaitu kepahitan, cobaan yang berat yang menghimpit seseorang, kesusahan, malapetaka, siksaan, dan lain sebagainya. Yang satu rumpun dengan akar kata ini adalah kata “al-ba’sā’” yang artinya malapetaka. Jika dikatakan rajulun żu ba’sin artinya lelaki itu pemberani, kekar, kuat, sehingga bisa mengalahkan dan mematahkan lawan lawannya. Pada ayat ini diterangkan bahwa siksaan Allah terhadap mereka yang berdosa tidak akan bisa ditolak oleh siapa pun juga.

2. ‘Ibrah عِبْرَة (12: 111)

Akar kata yang terdiri dari ( ع ـ ب ـ ر )mempunyai arti berlalu, melalui, melampaui, menyeberangi, dan lain sebagainya. Ungkapan mi’bar adalah tempat di pinggir kali yang digunakan untuk menyeberangi kali tersebut. Air mata disebut ‘abrah karena ia meleleh dan mengalir dari kelopak mata. Jika dikatakan “abbartu ad-danānir” artinya “aku menimbang-nimbang dinar itu satu demi satu.” Dari sini muncul ungkapan ‘ibrah atau i’tibār yang seringkali diterjemahkan dengan mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu, karena seseorang yang mengambil pelajaran berarti dia akan membandingkan antara satu peristiwa masa kini dengan peristiwa masa lalu, sebagaimana orang yang akan menyeberangi sungai, dia akan melihat tempat penyeberangan pertama ke tempat penyeberangan yang kedua. Atau sebagaimana seorang yang membandingkan satu dinar dengan dinar yang lain ketika menakar.