اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Ulā'ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Merekalah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh ke-beruntung-an hakiki, yakni selamat dari neraka dan masuk surga.
Orang-orang yang mempunyai tanda-tanda dan sifat-sifat yang disebutkan pada ayat-ayat yang lalu adalah orang-orang yang mengikuti petunjuk Tuhannya. Ia mendapatkan keberuntungan karena memperoleh hasil yang baik dan menyenangkan hatinya, setelah bekerja dan berusaha mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. Seorang yang beramal saleh akan mendapatkan keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat nanti, dan hal itu diperoleh dengan melakukan perbuatan yang baik.
Al-Ākhirah اَلآخِرَةِ (Luqmān/31: 4)
Kata al-ākhirah secara kebahasaan berarti hari akhir, hari penghabisan, atau kehidupan lanjutan (yang kekal) setelah kehidupan di dunia (yang fana) ini berakhir. Kata al-ākhirah dalam konteks ayat di atas tidak bisa dilepaskan dari ayat sebelumnya, karena Allah sesungguhnya sedang menjelaskan predikat al-muḥsinīn yang terdapat pada ayat sebelumnya. Dijelaskan-Nya, al-muḥsinīn adalah orang-orang yang mendirikan salat, membayar zakat, dan yakin pada al-ākhirah, yaitu kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini. Al-Ākhirah itulah tempat pembalasan bagi manusia atas segala perbuatan yang dilakukannya selama hidup di dunia.

