v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 11 - Surat Luqmān (Luqman)
لقمٰن
Ayat 11 / 34 •  Surat 31 / 114 •  Halaman 411 •  Quarter Hizb 41.75 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

هٰذَا خَلْقُ اللّٰهِ فَاَرُوْنِيْ مَاذَا خَلَقَ الَّذِيْنَ مِنْ دُوْنِهٖۗ بَلِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ࣖ

Hāżā khalqullāhi fa arūnī māżā khalaqal-lażīna min dūnih(ī), baliẓ-ẓālimūna fī ḍalālim mubīn(in).

Inilah ciptaan Allah. Maka, perlihatkanlah kepadaku apa yang telah diciptakan oleh (sembahanmu) selain-Nya. Sebenarnya orang-orang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.

Makna Surat Luqman Ayat 11
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Demikianlah Allah menciptakan langit, meletakkan gunung, dan menurunkan hujan. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku, wahai orang-orang kafir, apa yang telah diciptakan oleh sesembahanmu selain Allah; mampukah mereka melakukan apa yang telah diperbuat oleh Allah? Tentu tidak. Penghambaanmu kepada mereka adalah kezaliman. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu, yakni mereka yang menyembah selain Allah, berada di dalam kesesatan dan kebodohan yang nyata.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa yang disebutkan pada ayat di atas itu adalah ciptaan Allah, baik yang ada di langit maupun di bumi. Tidak ada sesuatu pun yang bersekutu dengan Allah dalam menciptakan semua makhluk itu, dan tidak sesuatu pun yang berkuasa atasnya selain Allah. Segala keperluan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, di mana ia dapat hidup dan di tempat mana ia akan mati, demikian pula tentang kegunaan dan bahaya yang dapat ditimbulkan makhluk itu, semuanya diketahui, diatur, dan dipelihara oleh Allah.

Kemudian Allah menantang orang-orang yang mempersekutukan-Nya, “Cobalah tunjukkan kepada-Ku apa yang telah diciptakan berhala-berhala dan patung-patung yang kamu sembah itu. Apakah patung-patung itu berbuat sesuatu sehingga dapat diyakini sebagai Tuhan selain Aku.”

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang menyembah Tuhan selain Allah adalah orang yang bodoh, sesat, dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka adalah orang yang zalim kepada dirinya sendiri, sehingga mereka ditimpa azab karena memperturutkan hawa nafsunya.

Isi Kandungan Kosakata

Rawāsi رَوَاسِى (Luqmān/31: 10)

Rawasi artinya gunung-gunung, bentuk jamak dari rāsin atau rāsiah. Kata ini terambil dari kata dasar رسى , artinya tegak, terpancang. Bentuk kata pelakunya adalah rāsin, jamaknya rawāsiy atau rāsiyāt. Gunung disebut demikian karena ia kokoh dan terpancang di atas bumi.

Dalam Al-Qur’an terdapat kata jabal, jamaknya jibāl, yang juga sering diterjemahkan gunung. Sebenarnya terjemahan itu tidak tepat karena definisi jabal dalam bahasa Arab adalah tanah yang menggunduk bila besar dan panjang. Oleh karena itu, terjemahannya yang tepat adalah pegunungan.

Dalam Al-Qur’an terulang kata rawāsiy sebanyak 9 kali, dan kata rāsiyāt satu kali, semuanya dalam arti gunung. Misalnya: wa ja’alnā fi al-arḍi rawāsiy an tamīda bihim (Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka),” (al-Anbiyā’/21: 31). Maksudnya, fungsi gunung-gunung itu adalah penyeimbang bumi ketika ia berputar dalam orbitnya. Bila tidak ada gunung, maka perputaran bumi itu tidak akan stabil dan kencang. Contoh lain: ya’malūna lahu mā yasyā’u min mahārība wa tamāṡīla wa jifān ka al-jawābi wa qudūri rāsiyāt (Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). (Saba’/34: 13). Maksudnya, Nabi Sulaiman dapat mempekerjakan jin-jin untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berat dan hebat seperti di atas, salah satu di antaranya membuat periuk-periuk besar sehingga begitu besarnya periuk itu tidak bisa dipindah-pindahkan.

Penggunaan kata ini dalam bentuk kata kerja dalam Al-Qur’an misalnya, wal-jibāla arsāhā (pegunungan-pegunungan pun Ia pancangkan),” (an-Nāzi’āt/79: 32). Maksudnya sama dengan al-Anbiyā’/21: 31 di atas, yaitu fungsi gunung adalah untuk penyeimbang bumi. Dalam ayat lain dikatakan: wal-jibāla autādan (dan pegunungan sebagai pasak),” (an-Naba’/78: 7), juga bermakna untuk penyeimbang. Dengan demikian, gunung dan pegunungan berfungsi sebagai penyeimbang bumi.