v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 12 - Surat Luqmān (Luqman)
لقمٰن
Ayat 12 / 34 •  Surat 31 / 114 •  Halaman 412 •  Quarter Hizb 41.75 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

Wa laqad ātainā luqmānal-ḥikmata anisykur lillāh(i), wa may yasykur fa'innamā yasykuru linafsih(ī), wa man kafara fa'innallāha ganiyyun ḥamīd(un).

Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Makna Surat Luqman Ayat 12
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Beralih dari penjelasan tentang buruknya akidah orang musyrik dan kezaliman mereka, pada ayat ini Allah memaparkan nasihat Lukman kepada anaknya, yang salah satunya berisi larangan berbuat syirik. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah, yakni kemampuan mendapatkan ilmu, pemahaman, dan mengamalkannya, kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya! Dan barang siapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia mendatangkan manfaat bersyukur itu untuk dirinya sendiri; dan sebaliknya, barang siapa tidak bersyukur lalu ingkar atas nikmat Allah, maka sesungguhnya hal itu tidak akan merugikan Allah sedikit pun, sebab Allah Mahakaya dan tidak butuh penyembahan hamba-Nya, Maha Terpuji meski sekiranya tidak ada yang memuji-Nya.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada Lukman hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya nikmat itu. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan dan ajaran-ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.

Berdasarkan riwayat Ibnu Abī Syaibah, Aḥmad, Ibnu Abī Dunya, Ibnu Jarīr aṭ-Ṭabarī, Ibnu Munżir, dan Ibnu Abī Ḥātim dari Ibnu ‘Abbās bahwa Lukman adalah seorang hamba/budak dan tukang kayu dari Habasyah. Kebanyakan ulama mengatakan bahwa Lukman adalah seorang yang arif, bijak, dan bukan nabi.

Banyak riwayat yang menerangkan asal-usul Lukman ini, dan riwayat-riwayat itu antara yang satu dengan yang lain tidak ada kesesuaian. Said bin Musayyab mengatakan bahwa Lukman berasal dari Sudan, sebelah selatan Mesir. Zamakhsyari dan Ibnu Isḥāq mengatakan bahwa Lukman termasuk keturunan Bani Israil dan salah seorang cucu Azar, ayah Ibrahim. Menurut pendapat ini, Lukman hidup sebelum kedatangan Nabi Daud. Sedang menurut al-Waqidi, ia salah seorang qaḍi Bani Israil. Ada pula riwayat yang menerangkan bahwa Lukman hanyalah seorang yang sangat saleh (wali), bukan seorang nabi.

Terlepas dari semua pendapat riwayat di atas, apakah Lukman itu seorang nabi atau bukan, apakah ia orang Sudan atau keturunan Bani Israil, maka yang jelas dan diyakini ialah Lukman adalah seorang hamba Allah yang telah dianugerahi hikmah, mempunyai akidah yang benar, memahami dasar-dasar agama Allah, dan mengetahui akhlak yang mulia. Namanya disebut dalam Al-Qur’an sebagai salah seorang yang selalu menghambakan diri kepada-Nya.

Sebagai tanda bahwa Lukman itu seorang hamba Allah yang selalu taat kepada-Nya, merasakan kebesaran dan kekuasaan-Nya di alam semesta ini adalah sikapnya yang selalu bersyukur kepada Allah. Ia merasa dirinya sangat tergantung kepada nikmat Allah itu dan merasa dia telah mendapat hikmah dari-Nya.

Menurut riwayat dari Ibnu ‘Umar bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Lukman bukanlah seorang nabi, tetapi ia adalah seorang hamba yang banyak melakukan tafakur, ia mencintai Allah, maka Allah mencintainya pula.”

Pada akhir ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang yang bersyukur kepada Allah, berarti ia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebab, Allah akan menganugerahkan kepadanya pahala yang banyak karena syukurnya itu. Allah berfirman:

وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ ٤٠

Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia. (an-Naml/27: 40)

Sufyān bin Uyainah berkata,Siapa yang melakukan salat lima waktu berarti ia bersyukur kepada Allah, dan orang yang berdoa untuk kedua orang tuanya setiap usai salat, ia telah bersyukur kepada keduanya.”

Orang-orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya berarti ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena Allah tidak akan memberinya pahala bahkan menyiksanya dengan siksaan yang pedih. Allah sendiri tidak memerlukan syukur hamba-Nya karena syukur hamba-Nya itu tidak akan memberikan keuntungan kepada-Nya sedikit pun, dan tidak pula akan menambah kemuliaan-Nya. Dia Mahakuasa lagi Maha Terpuji.

Isi Kandungan Kosakata

1. Luqmān لُقْمَان (Luqmān/31: 12)

Nama seorang yang saleh dan sangat bijak pada masa lalu. Para ulama berbeda pendapat tentang dirinya apakah seorang nabi atau seorang saleh yang sangat bijak. Mayoritas ulama memilih yang kedua. Para ahli tafsir juga berbeda pendapat tentang masa hidupnya. Ada yang mengatakan bahwa Lukman hidup pada masa nabi Daud. Yang lainnya mengatakan dia adalah anak saudara perempuan Nabi Ayub. Yang lain mengatakan anak bibi Nabi Ayub. Para ulama juga berbeda tentang pekerjaannya. Ada yang mengatakan dia seorang penjahit, tukang kayu, atau penggembala kambing. Namun yang patut dicatat di sini adalah bahwa nama Lukman sebagai seorang saleh dan bijak telah dikenal di kalangan orang Arab. Lukman mempunyai kata-kata bijak yang sangat berharga. Apa yang dikemukakan dalam surah ini adalah hanya sebagian saja. Wasiat Lukman pada surah ini mencakup dasar-dasar agama yaitu akidah, tata krama bergaul, penyucian diri, dan kegiatan harian. Imam al-Alūsi dalam tafsirnya mengumpulkan sekitar 28 kata-kata hikmah antara lain:

1. Wahai anakku, jauhilah hutang, karena ia akan menjadikan kamu selalu susah di waktu siang dan di malam hari.

2. Janganlah makan makananmu kecuali orang-orang yang bertakwa dan bermusyawarahlah dengan ulama.

3. Wahai anakku, dekatilah ulama, desaklah mereka dengan kedua lututmu, karena Allah akan menyinari hati dengan ilmu pengetahuan sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang gersang dengan air hujan.

4. Hendaknya perkataanmu baik, wajahmu selalu cerah, kamu akan dicintai banyak orang, melebihi dari satu pemberian yang diberikan kepada mereka.

2. Khardal خَرْدَل (Luqmān/31: 16)

Menurut Lisān al-’Arab, khardal artinya memotong-motong atau mencin-cang sampai sekecil-kecilnya, dan biasanya digunakan untuk memotong daging. Khardal al-laḥm maksudnya memotong-motong daging itu sehalus-halusnya. Khardal dengan demikian adalah potongan sekecil-kecilnya dari daging.

Menurut para ilmuwan muslim Mesir yang mengarang Tafsir al-Muntakhab, sebagaimana diinformasikan oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, khardal adalah semacam tanaman (Inggris: moster) yang jumlah buahnya dalam satu kilogram, setelah dihitung, berjumlah 913.000 butir. Dengan demikian berat satu biji khardal seper seribu gram atau 1 mg. Dengan demikian biji itu sangat kecil.

Al-Qur’an menggunakan kata khardal untuk sesuatu yang sangat kecil. Kata itu digunakannya dua kali. Pertama, dalam al-Anbiyā’/21: 47: “…dan jika ada seberat khardal saja pun (kebaikan) tentulah Kami akan berikan balasannya…” Maksudnya, sekecil apa pun kebaikan akan dibalas Allah. Dan dalam Luqmān/31: 16, “Hai anakku! (Perbuatan) sekalipun hanya seberat khardal, dan itu (tersembunyi) dalam batu, atau (di mana saja) di langit atau di bumi, Allah akan mengeluarkannya…” Maksudnya, perbuatan, baik atau buruk, sekecil apa pun, dan terletak di dalam batu yang amat keras, atau jauh di ruang angkasa atau dalam bumi, Allah mampu menghadirkannya untuk diberi-Nya balasan.