لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
Lillāhi mā fis-samāwāti wal-arḍ(i), innallāha huwal-ganiyyul-ḥamīd(u).
Milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Hanya Allah yang berhak disembah dan ditaati, sebab hanya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahakaya; dia tidak butuh ibadah hamba-Nya. Dia pun Maha Terpuji meski tidak seorang pun memuji-Nya.
Hanya Allah yang memiliki langit dan bumi beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak ada yang lain karena Dialah yang menciptakannya. Dialah yang mengatur, menjaga, memelihara, dan menentukan akhir kejadiannya. Dia berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, pantaslah ia dipuji dan disanjung, serta pantas pula dipanjatkan syukur kepada-Nya. Dia tidak memerlukan sesuatu apa pun dari makhluk-Nya.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa menurut agama Islam, harta ini adalah milik Allah. Manusia hanya dipinjamkan dan diperbolehkan untuk memanfaatkannya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama. Oleh karena itu, Allah bisa saja mengambil secara paksa seluruh milik manusia. Namun demikian, karena Allah tahu bahwa manusia mempunyai sifat kikir, maka Ia tidak melakukan hal itu. Allah hanya mengambil sebagian dari harta yang wajib dizakati. Dalam hal ini, waliyyul-amri (pemerintah) berhak mengambil, kalau perlu secara paksa, harta zakat yang ada pada kaum Muslimin, untuk disalurkan pada jalan Allah.
Aqlām اَقْلَامُ (Luqmān/31: 27)
Makna dasar dari kata qalama-yaqlamu-qalaman adalah “memotong” sedikit demi sedikit. Qalam jamaknya aqlām ujung sesuatu yang runcing yang digunakan untuk menulis. Maksudnya pena. Pena dikatakan demikian karena ia runcing dan seakan-akan ia memotong-motong kertas yang ditulis dengan goresan-goresannya.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat: Nūn, wa al-qalami wa mā yasṭurun (Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan). Maksudnya, Allah bersumpah dengan huruf nun dan pena, untuk menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu sangat penting digali sebagai karunia Allah swt. Juga ada ayat: Wa lau anna mā fil-arḍi min syajaratin aqlāmuw wal-baḥru yamudduhū mim ba’dihī sab’atu abḥurim mā nafidat kalimātullāh(i) (Sekiranya (segala) pohon yang di bumi merupakan pena, dan samudera (merupakan tinta), ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, tiadalah firman Allah habis (dituliskan)). Hal itu karena firman Allah itu tidaklah hanya Al-Qur’an, tetapi banyak sekali yang di antaranya tersimpan di Lauḥ Maḥfūẓ. Juga berarti bahwa nikmat Allah itu banyak sekali, tak terhitung.

