v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 22 - Surat Luqmān (Luqman)
لقمٰن
Ayat 22 / 34 •  Surat 31 / 114 •  Halaman 413 •  Quarter Hizb 42 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

۞ وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗٓ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰىۗ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

Wa may yuslim wajhahū ilallāhi wa huwa muḥsinun faqadistamsaka bil-‘urwatil-wuṡqā, wa ilallāhi ‘āqibatul-umūr(i).

Siapa yang berserah diri kepada Allah dan dia seorang muhsin, maka sungguh dia telah berpegang teguh pada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.

Makna Surat Luqman Ayat 22
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sungguh mengherankan jika seseorang mengingkari wujud dan keesaan-Nya, apalagi hal itu hanya didasarkan pada taklid buta. Ia tidak memiliki pegangan, berbeda halnya dengan orang yang berserah diri kepada Allah. Siapa saja yang berserah diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan, sedang dia orang yang berbuat kebaikan dengan menebarkan kebajikan kepada siapa pun dan di mana pun, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kukuh. Di akhirat ia akan memperoleh balasannya karena hanya kepada Allah kesudahan segala urusan untuk diputuskan dan dibalas dengan sangat adil.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah Allah, tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya, ikhlas dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan meninggalkan semua perbuatan maksiat dan mungkar, berarti telah berpegang pada buhul tali yang kukuh.

Maksud perkataan “iḥsān” dalam ayat ini ialah beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh, sehingga merasakan seolah-olah berhadapan langsung dengan-Nya, sebagaimana yang diterangkan oleh hadis, bahwa Nabi saw ditanya Jibril:

اَخْبِرْن ى عَنِ اْلاِحْسَانِ قَالَ: اَنْ تَعْبُدَ الله َكَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ. (رواه مسلم عن عمر)

Terangkanlah kepadaku tentang ihsan, Nabi saw menjawab, “Bahwa engkau menyembah Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat engkau.” (Riwayat Muslim dari ‘Umar)

Allah mengibaratkan orang yang melakukan “ihsan” yang benar-benar beriman kepada-Nya, taat melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya adalah sebagai pendaki gunung, yang menggunakan tali yang dibundelkan pada tempat berpegang. Ia tidak usah khawatir karena ia menggunakan tali dengan buhul-buhul yang kuat dan kukuh tempat berpegang. Tidak ada kekhawatiran sedikit pun dalam hatinya akan jatuh.

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa semua makhluk kembali kepada Allah saja. Oleh karena itu, hanya Dialah yang memberikan penghargaan yang baik kepada orang yang bertawakal dengan memberikan pembalasan yang baik pula.

Isi Kandungan Kosakata

al-’Urwah لْعُرْوَة اَ (Luqmān/31: 22)

Kata dasarnya adalah ‘arā-ya’rū-’urwan artinya “memberinya tempat bergantung”. ‘Arā al-qamīṣ artinya “memberi kemeja tempat gantungan”. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat: fa man yakfur bi aṭ-ṭāgūt wa yu’min billāh faqad (i)stamsaka bi al-urwah al-wuṡqā lā (i)nfiṣāma lahā (Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus), (al-Baqarah/2: 256). Maksudnya ialah siapa yang kafir kepada setan dan beriman kepada Allah berarti tempat ia bergantung atau tempat ia berpijak sudah kuat. Akan tetapi, siapa yang meminta kepada setan, setan itu saja nanti tidak akan dapat mempertanggungjawabkan dosanya di depan Allah.