v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 30 - Surat Luqmān (Luqman)
لقمٰن
Ayat 30 / 34 •  Surat 31 / 114 •  Halaman 414 •  Quarter Hizb 42 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الْحَقُّ وَاَنَّ مَا يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ الْبَاطِلُۙ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ ࣖ

Żālika bi'annallāha huwal-ḥaqqu wa anna mā yad‘ūna min dūnihil-bāṭil(u), wa annallāha huwal-‘aliyyul-kabīr(u).

Demikian itu karena sesungguhnya Allahlah (Tuhan) yang sebenar-benarnya, apa saja yang mereka seru selain Allah adalah batil, dan sesungguhnya Allahlah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Makna Surat Luqman Ayat 30
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Allah menjelaskan tujuan dari penjelasan bukti-bukti kebesaran dan keesaan-Nya. Demikianlah, perjalanan alam semesta yang menakjubkan itu, karena sesungguhnya penciptanya adalah Allah; Dialah Tuhan Yang Maha Esa yang layak disembah dengan sebenarnya, dan apa saja yang mereka seru dan sembah selain Allah adalah batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi zat-Nya, Mahabesar kekuasaan-Nya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa tujuan Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada manusia adalah untuk menjadi dalil dan bukti yang kuat bagi mereka bahwa manusia wajib beribadah kepada-Nya dan hanyalah Dia yang berhak disembah. Menyembah atau beribadah kepada selain Allah adalah tindakan yang batil karena semua yang selain Dia adalah fana, tidak kekal. Dia Mahakaya dan tidak memerlukan yang lain, sedangkan semua makhluk sangat tergantung kepada nikmat-Nya.

Akhirnya ayat ini menegaskan bahwa Allah Mahatinggi, mengatasi segala sesuatu, Mahabesar, dan menguasai segala sesuatu. Semua tunduk dan patuh kepada-Nya.

Isi Kandungan Kosakata

Khattārin Kafūr خَتَّارٍ كَفُوْرٍ (Luqmān/31: 32)

Kata khattār adalah isim mubalagah yang berasal dari kata khatara-yakhturu yang berarti berkhianat dan menipu, atau sangat tidak setia. Ada yang berpendapat khatara adalah bentuk pengkhianatan yang paling keji. Dalam sebuah hadis disebutkan mā khatara qaum bi al-’ahdi illā sulliṭa ‘alaihim al-’aduw. Kata khatr juga mengandung arti kerusakan. Kata ini juga berarti sesuatu yang diambil tatkala meminum obat atau racun.

Sedangkan kata kafūr terambil dari akar kata kafara-yakfuru yang merupakan antonim dari kata iman. Kata ini terulang dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali. Secara bahasa kata kafara berarti menutupi sesuatu secara keseluruhan. Malam (al-lail) disebut kafir karena dengan gelapnya bisa menutupi semua yang awalnya bisa dilihat. Awan disebut juga kafir karena menutupi cahaya matahari. Orang Arab menyebut petani dengan kafir karena petani menutup biji-bijian dengan tanah. Salah satu bentuk hukuman dalam Islam disebut dengan kafarat, seakan-akan pekerjaan itu menutupi dosa yang dilakukannya. Lebih lanjut, kata kafara dipergunakan untuk mereka yang tidak mempercayai keesaan Allah. Hal ini dikarenakan mereka telah menutupi pintu hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah.

Kata kafara mengandung dua pengertian: pertama, kafir dalam arti tidak beriman, tidak mengakui syariat Allah dan tidak mengakui kenabian para nabi. Kelompok inilah yang disebut dengan kafir yang menyebabkannya keluar dari agama Islam (murtad).

Kedua, penggunaan kata kafir untuk hal-hal lain yang tidak menyebab-kannya masuk dalam kelompok orang-orang tidak beriman. Makna kedua ini mengandung pengertian pembangkangan dan tidak melaksanakan suatu perintah. Penggunaan kata terakhir ini seperti dalam istilah kufur nikmat, tidak diartikan dengan kafir dalam makna keluar dari agama Islam. Kufur nikmat ini diartikan dengan menutup nikmat yang diberikan oleh Allah dengan tidak melaksanakan tata cara bersyukur. Kalimat kafūr diartikan dengan mereka yang sudah melewati batas dalam kufur nikmat (al-Ḥajj/22: 66).

Ayat ini menjelaskan tentang sikap orang-orang kafir yang kembali ingkar dan tidak setia dengan perjanjian awal mereka. Dalam ayat ini diterangkan bahwa jika orang-orang kafir berlayar di lautan dan dihempaskan oleh ombak laut yang besar, pada saat itu mereka mengakui akan keesaan Allah dan meminta untuk diselamatkan. Akan tetapi, setelah Allah menyelamatkan mereka, sebagian tetap mengakui keesaan-Nya, namun sebagian lagi ingkar dan melanggar kesetiaan (khattār kafūr) yang pernah mereka ikrarkan ketika berada dalam musibah (di atas perahu).