v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 24 - Surat Ibrāhīm (Ibrahim)
ابرٰهيم
Ayat 24 / 52 •  Surat 14 / 114 •  Halaman 258 •  Quarter Hizb 26.5 •  Juz 13 •  Manzil 3 • Makkiyah

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ

Alam tara kaifa ḍaraballāhu maṡalan kalimatan ṭayyibatan kasyajaratin ṭayyibatin aṣluhā ṡābituw wa far‘uhā fis-samā'(i).

Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah ṭayyibah?386) (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit,

Makna Surat Ibrahim Ayat 24
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Usai mengumpamakan amal orang kafir dengan abu yang ditiup angin kencang, pada ayat ini Allah beralih memberikan perumpamaan bagi amal baik orang mukmin. Tidakkah kamu memperhatikan dan merenungkan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, yaitu kurma. Akarnya menghunjam tanah dengan kuat dan cabangnya menjulang tinggi ke arah langit.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti “Lā ilāha illallāh” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. Hadis Nabi saw:

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله ُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَ إِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ. فَحَدِّثُوْنِي ْ مَا هِيَ؟ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِى. قَالَ عَبْدُ اللهِ:فَوَقَعَ فِيْ نَفْسِيْ أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْت ُ. ثُمَّ قَالُوْا حَدِّثْنَا مَاهِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: هِيَ النَّخْلَةُ. (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin ‘Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, “Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, “Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!” beliau menjawab, “Pohon itu adalah pohon kurma.” (Riwayat al-Bukhārī)

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.

Isi Kandungan Kosakata

Kalimah Ṭayyibah كَلِمَة طَيِّبَة (Ibrāhīm/14: 24)

Kata tersebut, dalam Al-Qur’an, disebutkan satu kali. Dari segi bahasa, kalimah ṭayyibah artinya kalimat (ajaran) yang baik. Maksud ungkapan ini, setidaknya terdapat dua macam pendapat: Pertama, menurut pendapat ‘Abdullāh bin ‘Abbās yang dimaksud kalimah ṭayyibah adalah kalimat tauhid, lā ilāha illallāh (tidak ada Tuhan kecuali Allah) yang merupakan aspek ajaran Islam yang paling asasi. Kalimat inilah yang membedakan antara Islam dengan bukan Islam. Kedua, menurut ‘Abdullāh bin ‘Umar, yang dimaksud kalimah ṭayyibah adalah Islam, agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw yang mengandung berbagai aspek ajaran, yang dalam ayat ini diumpamakan sebagai sebuah pohon yang indah (syajarah ṭayyibah). Kedua pendapat tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi. Pendapat yang pertama dapat diterima karena kalimah ṭayyibah memang ajaran Allah yang tersarikan dalam kalimat lā ilāha illallāh (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Pendapat kedua juga dapat diterima, mengingat Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna dimana lā ilāha illallāh merupakan prinsip ajarannya yang paling mendasar.