تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
Tu'tī ukulahā kulla ḥīnim bi'iżni rabbihā, wa yaḍribullāhul-amṡāla lin-nāsi la‘allahum yatażakkarūn(a).
dan menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran.
Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Seperti itulah pohon keimanan; akarnya terpatri dengan kuat di dada kaum mukmin, dan cabangnya yang berupa amal saleh dipersembahkan kepada Allah setiap waktu. Dan demikianlah, Allah membuat perumpamaan itu sebagai gambaran untuk manusia renungkan agar mereka selalu ingat akan kebesaran dan kekuasaan Allah.
Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya pada setiap manusia, dengan seizin Tuhannya. Adapun proses pertumbuhan tanaman diperlukan berbagai unsur hara yang cukup banyak macamnya. Menurut jumlah yang diperlukannya, unsur hara ini dibedakan menjadi unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah banyak, dan unsur hara mikro yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi keberadaannya mutlak diperlukan. Untuk sampai pada terjadinya buah, akar harus dapat memasok semua kebutuhan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Ada beberapa unsur hara yang apabila dipasok melebihi kebutuhannya akan menjadi racun bagi tanaman dan dapat menyebabkan kematian bagi tanaman (misalnya besi untuk tanaman padi). Sebab itu, manusia yang mengambil manfaat dari pohon hendaklah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah swt.
Demikian pula halnya kata-kata baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah swt.
Ibu bapak dalam rumah tangga haruslah senantiasa mempergunakan kata-kata yang baik dan sopan, serta menjauhi ucapan-ucapan kotor dan kasar, karena ucapan-ucapan itu akan ditiru oleh anak-anak mereka.
Kalimah Ṭayyibah كَلِمَة طَيِّبَة (Ibrāhīm/14: 24)
Kata tersebut, dalam Al-Qur’an, disebutkan satu kali. Dari segi bahasa, kalimah ṭayyibah artinya kalimat (ajaran) yang baik. Maksud ungkapan ini, setidaknya terdapat dua macam pendapat: Pertama, menurut pendapat ‘Abdullāh bin ‘Abbās yang dimaksud kalimah ṭayyibah adalah kalimat tauhid, lā ilāha illallāh (tidak ada Tuhan kecuali Allah) yang merupakan aspek ajaran Islam yang paling asasi. Kalimat inilah yang membedakan antara Islam dengan bukan Islam. Kedua, menurut ‘Abdullāh bin ‘Umar, yang dimaksud kalimah ṭayyibah adalah Islam, agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw yang mengandung berbagai aspek ajaran, yang dalam ayat ini diumpamakan sebagai sebuah pohon yang indah (syajarah ṭayyibah). Kedua pendapat tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi. Pendapat yang pertama dapat diterima karena kalimah ṭayyibah memang ajaran Allah yang tersarikan dalam kalimat lā ilāha illallāh (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Pendapat kedua juga dapat diterima, mengingat Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna dimana lā ilāha illallāh merupakan prinsip ajarannya yang paling mendasar.

