وَقُلْ لِّلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْۗ اِنَّا عٰمِلُوْنَۙ
Wa qul lil-lażīna lā yu'minūna‘malū ‘alā makānatikum, innā ‘āmilūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang tidak beriman, “Berbuatlah menurut kemampuanmu. Kami pun benar-benar akan berbuat (seperti demikian)
Dan katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada orang yang tidak beriman, “Berbuatlah menurut kemampuan dan cara yang kamu tempuh sesuai dengan kedudukanmu; Sesungguhnya kami pun benar-benar akan berbuat pula menurut cara dan kemampuan kami, sesuai yang diajarkan Allah.
Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar berkata kepada orang-orang kafir, “Berbuatlah menurut kedudukan dan kemampuanmu menentang dakwah dan menyakiti orang-orang yang berdakwah beserta pendukung-pendukungnya. Kami pun akan berbuat menurut kedudukan dan kemampuan kami mempertahankan dakwah dan meneruskan perintah Allah, serta taat dan patuh kepada-Nya.” Ini adalah ancaman kepada mereka tentang azab yang akan diterimanya sebagai balasan dari perbuatannya itu.
Fu’ādaka فُؤَادَكَ (Hūd/11: 120)
Fu’ād, bentuk jamaknya af’idah, artinya hati atau qalb. Perbedaannya kalau qalb dinamakan demikian karena seringnya bergejolak (kaṡratut-taqallub). Sedangkan fu’ād karena mengandung makna terbakar (tawaqqud). Daging yang dibakar disebut laḥm fa’īd ( لحم فئيد ) . Ibn Fāris mengatakan bahwa akar kata yang terdiri dari (ف – ء - د) menunjukkan arti panas yang sangat atau membara (ḥummā wa syiddatul ḥarārah) Dari sini yang tergambarkan dari ungkapan fu’ād adalah tempat terbakarnya emosi dalam diri manusia. Ungkapan qalb tidak ditujukan kepada bendanya yang berupa jantung, tapi apa yang terkandung dalam benda tersebut yaitu seperti keberanian, ilmu pengetahuan, ketakwaan, dan lainnya

