وَتِلْكَ عَادٌ ۖجَحَدُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهٗ وَاتَّبَعُوْٓا اَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ
Wa tilka ‘ādun jaḥadū bi'āyāti rabbihim wa ‘aṣau rusulahū wattaba‘ū amra kulli jabbārin ‘anīd(in).
Itulah (kaum) ‘Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan, mendurhakai rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi keras kepala.
Dan demikian itulah akhir kisah kaum 'Ad yang dibinasakan Allah disebabkan mereka mengingkari tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Tuhan. Mereka juga mendurhakai rasul-rasul-Nya yang diutus membawa bukti-bukti kebenaran risalah yang dibawanya, dan mereka pun menuruti perintah semua penguasa yang bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, lagi durhaka terhadap kebenaran ajaran yang dibawa oleh utusan Allah.
Pada ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa itulah kisah kaum ‘Ād yang telah mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah dan mendurhakai rasul-Nya yang diutus untuk memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang benar, yaitu mengesakan-Nya dan mematuhi perintah-Nya. Tetapi mereka hanya mau mematuhi perintah penguasa yang sewenang-wenang yang tidak mau mengikuti kebenaran walaupun dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang cukup meyakinkan.
Pada ayat ini diterangkan bahwa bangsa ‘Ād (kaum Hud a.s.) itu mendurhakai rasul-rasul Allah. Apakah memang demikian? Atau hanya mereka durhakai seorang rasul Allah saja yaitu Hud a.s.? Para mufasir menjelaskan bahwa yang mereka dustakan itu adalah Hud a.s., tetapi mendustakan atau mendurhakai seorang rasul Allah berarti mendustakan atau mendurhakai semua rasul-Nya. Sebab, semua rasul mengemban tugas yang sama, yaitu mengajak supaya bertauhid kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Jabbārin ‘Anīd جَـبَّارٍ عَنِـْيدٍ (Hūd/11: 59)
Jabbār terambil dari kata jabara yang berarti keagungan ketinggian dan istiqamah. Asal maknanya adalah memperbaiki sesuatu dengan cara memaksa. Kata ini terulang dalam Al-Qur’an sebanyak sembilan kali: satu sebagai sifat Allah swt dan delapan kali sebagai sifat dari manusia yang sombong, Al-Jabbār yang disandang oleh Allah mengandung makna ketinggian yang tidak dapat terjangkau karena keagungan sifat-sifat-Nya. Kemahatinggian-Nya memaksa yang rendah untuk tunduk kepada apa yang dikehendaki-Nya dan tidak terjangkau oleh yang rendah apa yang mereka harapkan untuk diraih dari sisi-Nya. Adapun sifat jabbār untuk manusia digunakan untuk menggambarkan sifat yang tercela yaitu angkuh dan congkak. Dalam ayat yang ditafsirkan ini, Allah menurunkan azab kepada kaum ‘Ād karena mereka mengikuti penguasa yang angkuh, berlaku sewenang-wenang. Kata jabbār di sini diiringi dengan sifat ‘anid yang terambil dari kata ‘anada yang berarti keras kepala, menentang, dan melampui batas.

