وَاُتْبِعُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ عَادًا كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُوْدٍ ࣖ
Wa utbi‘ū fī hażihid-dun-yā la‘nataw wa yaumal-qiyāmah(ti), alā inna ‘ādan kafarū rabbahum, alā bu‘dal li‘ādin qaumi hūd(in).
Mereka selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan (begitu pula kelak) di hari Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya (kaum) ‘Ad itu kufur kepada Tuhan mereka. Ingatlah bahwa (kaum) ‘Ad, yakni (kaum) Hud, benar-benar telah binasa.
Dan mereka yang dibinasakan itu pun selalu diikuti dengan laknat, yakni dijauhkannya dari rahmat Allah selama di dunia ini dan begitu pula mereka mendapat laknat di hari Kiamat nanti berupa siksa neraka yang sangat pedih. Ingatlah, bahwa kaum 'Ad itu ingkar kepada Tuhan mereka dan mengingkari nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka. Sungguh, binasalah kaum 'Ad, umat Nabi Hud itu, dan mereka dijauhkan dari rahmat-Nya. Allah tidak membinasakan suatu kaum, kecuali apabila mereka berbuat kerusakan dan mengingkari nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka.
Pada ayat ini Allah swt menerangkan bahwa kaum ‘Ād yang terus-menerus membangkang dalam kekafiran itu, telah ditimpa kutukan Allah di dunia ini, sehingga mereka musnah semuanya ditiup angin keras yang sangat dahsyat dan kelak disusul dengan azab yang lebih pedih dan lebih dahsyat lagi pada hari Kiamat.
Selanjutnya Allah memperingatkan kepada semua hamba-Nya agar menyadari bahwa demikian itulah balasan terhadap kaum ‘Ād yang kafir, yang mengingkari keesaan Allah Yang Mahakuasa, yang telah menciptakan mereka. Mereka juga mendustakan rasul-rasul-Nya dengan angkuh dan keras kepala, hanya karena mengejar keberuntungan duniawi yang tidak kekal.
Kemudian pada akhir ayat ini, Allah menyatakan dengan jelas bahwa kebinasaanlah bagi kaum ‘Ād yang telah jauh dari rahmat Allah, mereka adalah kaum Hud a.s. yang tidak percaya kepada Hud a.s. dan kepada dakwah yang dibawanya, sehingga mereka mendapat kutukan di dunia dan di akhirat
Jabbārin ‘Anīd جَـبَّارٍ عَنِـْيدٍ (Hūd/11: 59)
Jabbār terambil dari kata jabara yang berarti keagungan ketinggian dan istiqamah. Asal maknanya adalah memperbaiki sesuatu dengan cara memaksa. Kata ini terulang dalam Al-Qur’an sebanyak sembilan kali: satu sebagai sifat Allah swt dan delapan kali sebagai sifat dari manusia yang sombong, Al-Jabbār yang disandang oleh Allah mengandung makna ketinggian yang tidak dapat terjangkau karena keagungan sifat-sifat-Nya. Kemahatinggian-Nya memaksa yang rendah untuk tunduk kepada apa yang dikehendaki-Nya dan tidak terjangkau oleh yang rendah apa yang mereka harapkan untuk diraih dari sisi-Nya. Adapun sifat jabbār untuk manusia digunakan untuk menggambarkan sifat yang tercela yaitu angkuh dan congkak. Dalam ayat yang ditafsirkan ini, Allah menurunkan azab kepada kaum ‘Ād karena mereka mengikuti penguasa yang angkuh, berlaku sewenang-wenang. Kata jabbār di sini diiringi dengan sifat ‘anid yang terambil dari kata ‘anada yang berarti keras kepala, menentang, dan melampui batas.

