اِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌۗ
In kullu nafsil lammā ‘alaihā ḥāfiẓ(un).
Setiap orang pasti ada penjaganya.
Demi itu semua, setiap orang pasti ada malaikat yang ditugasi oleh Allah sebagai penjaganya. Malaikat itu mencatat apa saja yang dilakukan oleh setiap individu, baik itu kebaikan maupun keburukan. Catatan itu akan menjadi bukti pada hari perhitungan kelak.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa setiap orang ada penjaga dan pengatur keperluannya dalam seluruh perjalanan hidupnya hingga ajalnya tiba. Mengenai penjaga manusia ini, terdapat dua pengertian, yaitu:
1. Penjaga dari malaikat yang memperhatikan dan menghitung perbuatan manusia, sebagaimana firman Allah:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨
Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qāf/50: 18)
2. Penjaga dari malaikat yang selalu mendampingi setiap saat dan memelihara kehidupan sehari-hari, sebagaimana firman Allah:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. (ar-Ra‘d/13: 11)
Kata ṭāriq, nama surah ke-86 ini, berasal dari akar kata ṭaraqa yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan suara. Dengan mempertimbangkan akar kata yang dapat diartikan sebagai ‘berdenyut/berdetak,’ ‘memukul keras’. Adapun ṡāqib yang berasal dari kata ṡaqaba memiliki arti melubangi atau menembus sesuatu yang padat. Al-Qur’an tampaknya mengarahkan kita pada sebuah kenyataan ilmiah penting, yakni menuju ke arah apa yang pada saat ini dikenal dengan bintang pulsar, yang diambil dari kata kerja bahasa Inggris to pulse, yang berarti bergetar, berdenyut dengan irama teratur. Dengan demikian, surah di atas berbunyi atau berarti sebuah bintang yang mengetuk di malam hari dan membuat lubang.
Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, mahasiswa doktoral bersama pembimbingnya Antony Hewish di Universitas Cambridge pada tahun 1967, ditemukan adanya sinyal radio yang terpancar secara teratur dari luar angkasa. Namun demikian, pada saat itu belum diketahui benda langit mana yang menjadi sumber getaran tersebut. Jocelyn Bell (ketika itu belum menyandang nama Burnell, suaminya) menandai rekaman yang diperolehnya dengan LGM, kependekan dari Little Green Men, sebab sinyal tersebut seperti sebuah pesan datang dari sebuah pemancar yang disampaikan oleh makhluk cerdas (intellegent life). Tidak lama kemudian, pulsar ini diinterpretasikan berasal dari bintang neutron yang berotasi dan terisolasi. Massa bintang yang sedang menuju ‘kematiannya’ ini sangat padat dimana digambarkan materi pulsar seukuran satu sendok teh memiliki berat 1 miliar ton, dan memiliki gravitasi yang demikian besar. Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan supernova, termasuk benda-benda langit yang paling terang dan bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik. Bila bintang ini terus menuju keruntuhannya, maka lahirlah apa yang dikenal sebagai black hole (lubang hitam).
Apabila teleskop radio ini dihubungkan dengan ‘loud speaker’ maka akan terdengar seperti suara orang mengetuk pintu (aṭ-Ṭāriq), yang berasal dari bintang sedang membuat lubang, untuk kemudian menjadi lubang hitam.
Akhirnya Allah mengingatkan bahwa setiap jiwa ada penjaganya. Bahwa apa yang difirmankan Allah sebelumnya, tentang bintang-bintang, adalah ḥaqq, maka firman Allah bahwa setiap jiwa ada penjaganya adalah ḥaqq. Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia untuk selalu sadar bahwa Allah senantiasa mengamati.
1. Aṭ-Ṭāriq الطَّارِق (aṭ-Ṭāriq/86: 1)
Kata aṭ-ṭāriq (dengan alif lām) dan ber-wazan (bertimbangan) fā‘il disebutkan hanya dua kali, yaitu dalam ayat 1 dan 2 surah ini. Kata aṭ-ṭāriq terambil dari ṭaraqa yang artinya mengetuk atau memukul sesuatu sehingga menimbulkan suara. Palu disebut miṭraqah karena ia digunakan untuk memukul sesuatu, dan menimbulkan bunyi yang keras. Makna kata aṭ-ṭāriq kemudian berkembang, sehingga tidak digunakan kecuali untuk pejalan kaki pada waktu malam. Oleh karena itu, makna asli kata tersebut adalah ”yang datang pada waktu malam,” karena orang yang datang pada waktu malam biasanya menemukan pintu rumah sudah terkunci, sehingga diperlukan ketukan pintu. Ada juga mufasir yang berpendapat bahwa orang yang datang pada waktu malam itu adalah Nabi Muhammad dengan alasan beliau muncul pada waktu kegelapan malam yang melanda seluruh muka bumi.
Dapat pula ditambahkan di sini bahwa kata aṭ-ṭāriq digunakan sebagai nama bintang pagi, demikian menurut Edward William Lane dalam Kamus Arab-Inggrisnya. Perlu kiranya dipahami jika kata aṭ-ṭāriq lebih banyak dikaitkan maknanya dengan malam, maka wajar bila kata tersebut diterjemahkan secara umum dengan ”yang datang pada waktu malam’. Yang datang pada waktu malam, mungkin orang atau mungkin juga bintang atau lainnya.
Allah dalam ayat 2-3 surah ini menjelaskannya dengan an-najmuṡ-ṡāqib, yakni “bintang yang menembus kegelapan malam dengan cahayanya.” Namun demikian, untuk mengetahui hakikatnya adalah sesuatu yang sangat sulit, kalau tidak dikatakan mustahil.
2. Aṡ-Ṡāqib الثَّاقِبُ (aṭ-Ṭāriq/86: 3)
Akar kata aṡ-ṡāqib adalah (ṡā’-qāf-bā’) yang artinya tembus, melobangi dan lain sebagainya. Kata jadiannya aṡ-ṡuqbah. Jalan yang ada di pegunungan disebut juga al-miṡqab karena ditembus, diterjang oleh manusia sehingga bisa dilalui. Dari arti ini maka kata an-najmuṡ-ṡāqib berarti bintang yang cahayanya menembus langit. Ada juga yang mengartikan: bintang yang tinggi. Ada yang mengartikan: bintang yang bercahaya.

