النَّجْمُ الثَّاقِبُۙ
An-najmuṡ-ṡāqib(u).
(Itulah) bintang yang bersinar tajam.
Itulah bintang yang bersinar tajam dan cahayanya menembus kegelapan malam. Malam bagaikan tirai yang menyelubungi langit. Cahaya bintang menyeruak, menembus tirai itu sehingga tampak gemerlap.
Dalam ayat-ayat ini dan pada beberapa ayat lain, Allah bersumpah dengan langit, matahari, bulan, dan malam karena terdapat padanya hal-hal, bentuk-bentuk, perjalanan-perjalanan, terbit dan tenggelamnya; maka keadaan yang ajaib dan luar biasa ini adalah bukti bagi orang yang berpikir dan memperhatikan bahwa ada penciptanya Yang Mahakuasa, tidak ada sekutu dalam penciptaannya.
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan langit dan bintang yang terbit pada malam hari. Sinarnya memecahkan kegelapan, dan menjadi petunjuk jalan kepada manusia pada waktu gelap di bumi dan di laut. Dari bintang itu, manusia dapat mengetahui musim hujan dan hal-hal lain yang diperlukannya dalam kehidupan. Ada beberapa arti yang dikemukakan oleh para mufasir mengenai bintang tersebut. Pendapat yang terbaik adalah yang mengartikannya sebagai bintang yang bercahaya.
1. Aṭ-Ṭāriq الطَّارِق (aṭ-Ṭāriq/86: 1)
Kata aṭ-ṭāriq (dengan alif lām) dan ber-wazan (bertimbangan) fā‘il disebutkan hanya dua kali, yaitu dalam ayat 1 dan 2 surah ini. Kata aṭ-ṭāriq terambil dari ṭaraqa yang artinya mengetuk atau memukul sesuatu sehingga menimbulkan suara. Palu disebut miṭraqah karena ia digunakan untuk memukul sesuatu, dan menimbulkan bunyi yang keras. Makna kata aṭ-ṭāriq kemudian berkembang, sehingga tidak digunakan kecuali untuk pejalan kaki pada waktu malam. Oleh karena itu, makna asli kata tersebut adalah ”yang datang pada waktu malam,” karena orang yang datang pada waktu malam biasanya menemukan pintu rumah sudah terkunci, sehingga diperlukan ketukan pintu. Ada juga mufasir yang berpendapat bahwa orang yang datang pada waktu malam itu adalah Nabi Muhammad dengan alasan beliau muncul pada waktu kegelapan malam yang melanda seluruh muka bumi.
Dapat pula ditambahkan di sini bahwa kata aṭ-ṭāriq digunakan sebagai nama bintang pagi, demikian menurut Edward William Lane dalam Kamus Arab-Inggrisnya. Perlu kiranya dipahami jika kata aṭ-ṭāriq lebih banyak dikaitkan maknanya dengan malam, maka wajar bila kata tersebut diterjemahkan secara umum dengan ”yang datang pada waktu malam’. Yang datang pada waktu malam, mungkin orang atau mungkin juga bintang atau lainnya.
Allah dalam ayat 2-3 surah ini menjelaskannya dengan an-najmuṡ-ṡāqib, yakni “bintang yang menembus kegelapan malam dengan cahayanya.” Namun demikian, untuk mengetahui hakikatnya adalah sesuatu yang sangat sulit, kalau tidak dikatakan mustahil.
2. Aṡ-Ṡāqib الثَّاقِبُ (aṭ-Ṭāriq/86: 3)
Akar kata aṡ-ṡāqib adalah (ṡā’-qāf-bā’) yang artinya tembus, melobangi dan lain sebagainya. Kata jadiannya aṡ-ṡuqbah. Jalan yang ada di pegunungan disebut juga al-miṡqab karena ditembus, diterjang oleh manusia sehingga bisa dilalui. Dari arti ini maka kata an-najmuṡ-ṡāqib berarti bintang yang cahayanya menembus langit. Ada juga yang mengartikan: bintang yang tinggi. Ada yang mengartikan: bintang yang bercahaya.

