v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 13 - Surat As-Sajdah (Sajdah)
السّجدة
Ayat 13 / 30 •  Surat 32 / 114 •  Halaman 416 •  Quarter Hizb 42.25 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

وَلَوْ شِئْنَا لَاٰتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدٰىهَا وَلٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّيْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ

Wa lau syi'nā la'ātainā kulla nafsin hudāhā wa lākin ḥaqqal-qaulu minnī la'amla'anna jahannama minal-jinnati wan-nāsi ajma‘īn(a).

Seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami menganugerahkan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)-nya, tetapi telah berlaku ketetapan dari-Ku (bahwa) sungguh Aku pasti akan memenuhi (neraka) Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama.

Makna Surat As-Sajdah Ayat 13
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Sebetulnya Allah mampu memaksa setiap manusia untuk beriman, namun hal tersebut justru akan merendahkan martabat mereka menjadi setara dengan matahari, bumi, langit, dan sebagainya yang tidak punya pilihan lain kecuali tunduk. Itulah mengapa Allah memberi setiap manusia pilihan, bukan paksaan, untuk beriman atau tidak. Dan jika Kami menghendaki memberi petunjuk niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk bagi-nya, tetapi telah ditetapkan perkataan dan ketetapan dari-Ku bahwa pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama. Yang demikian itu karena Kami tahu bahwa kebanyakan mereka lebih memilih jalan kesesatan daripada hidayah.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Jika Allah menghendaki semua manusia mendapat taufik dan hidayah untuk beriman dan beramal saleh, tentu hal itu tidak sukar bagi-Nya. Akan tetapi, hal itu tidak sesuai dengan sunatullah yang dahulu berlaku di alam ini. Aturan dan hukum Allah yang berlaku di alam ini adalah aturan dan hukum yang paling sempurna. Menurut aturan dan hukum itu ialah menempatkan segala sesuatu di tempatnya, seperti menempatkan mata, telinga, hati, tangan, kaki, dan sebagainya berada di tempat yang layak dan wajar, sesuai dengan keindahan dan fungsinya. Di antara sunatullah itu ialah Allah akan mengisi neraka Jahanam dengan jin dan manusia yang layak bertempat tinggal di sana dan menjadi penghuninya, sebagaimana Dia akan memenuhi surga dengan orang-orang yang layak pula bertempat tinggal di sana.

Jika manusia memperhatikan sunatullah yang berlaku di alam ini, akan tampak suatu keserasian dan kerapian di dalamnya. Ikan yang hidup di dalam air mempunyai sirip, insang, dan berdarah dingin. Demikian pula lalat, ular, burung, dan sebagainya. Jika mata memandang ke cakrawala luas, maka di dalamnya terdapat pula sunatullah yang juga sangat rapi, sehingga planet-planet itu tidak berbenturan antara yang satu dengan yang lain.

Isi Kandungan Kosakata

1. Malak al-Maut مَلَكُ الْمَوْت (as-Sajdah/32: 11)

Istilah ini terdiri dari dua kata, yaitu malak dan maut. Yang pertama (malak) artinya satu malaikat, merupakan tunggal dari malā’ikah yang diartikan sebagai para malaikat. Sedang yang kedua (maut) artinya kematian. Dengan demikian malak al-maut diartikan sebagai malaikat kematian atau malaikat pencabut nyawa. Tema ini menunjuk bahwa yang mencabut nyawa atau yang mematikan itu adalah satu malaikat. Namun demikian, pada al-An‘ām/6: 61 dijelaskan bahwa malaikat yang mematikan manusia itu banyak, pengertian ini tercakup pada kata rusulunā (utusan-utusan Kami) yang terdapat pada ayat tersebut. Dengan keterangan ayat yang terakhir ini dapat dipahami bahwa yang mencabut nyawa itu tidak hanya satu, tetapi banyak jumlahnya, seperti yang dimaksud pada al-An‘ām/6: 61.

Ibnu ‘Abbās mengungkapkan bahwa malaikat pencabut nyawa itu satu, tetapi mempunyai pembantu yang banyak. Secara kebahasaan, keterangan ini dapat diterima, karena bahasa membenarkan penggunaan bentuk jamak, bila yang dimaksud adalah sesuatu yang disebut dalam kelompok. Karena konteks Surah as-Sajdah ayat 11 ini tentang manusia secara keseluruhan, maka dari segi makna jumlah mereka banyak. Selanjutnya, karena setiap manusia dicabut rohnya oleh satu malaikat, sedang manusia itu banyak, maka penggunaan bentuk tunggal bagi malaikat menunjukkan bahwa masing-masing manusia dicabut nyawanya oleh satu malaikat.

Selanjutnya perlu pula dijelaskan tentang siapa yang mewafatkan manusia. Pada Surah az-Zumar/39: 42 dijelaskan bahwa yang mematikan manusia itu adalah Allah sendiri. Kesimpulan dari ayat-ayat yang diuraikan adalah bahwa yang mewafatkan manusia itu adalah Allah, yang memerintahkan kepada malaikat pencabut nyawa untuk pelaksanaannya. Selanjutnya, malaikat maut menugaskan pembantu-pembantunya untuk mencabut nyawa manusia-manusia yang dimaksud, dan merekalah yang dimaksud dengan rusulunā (utusan-utusan Kami) yang terdapat pada surat al-An’am/6: 61.

2. Ḥaqq al-Qaul حَقَّ الْقَوْلِ (as-Sajdah/32: 13)

Istilah ini terdiri dari dua kata, yaitu ḥaqq dan al-qaul. Yang pertama (ḥaqq) merupakan kata kerja yang artinya menang karena benar, tetap, menetapkan, mewajibkan. Sedang yang kedua (al-qaul) berasal dari kata kerja qāla yang artinya berbicara, menetapkan hukum, menang, menyukai, meminang, meriwayatkan. Dengan demikian, al-qaul dapat diartikan sebagai pembicaraan, penetapan hukum, kemenangan, pinangan, dan periwayatan. Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan kata tersebut adalah penetapan hukum, sehingga ḥaqq al-qaul dapat diartikan sebagai penetapan hukum, yaitu hukum atau ketetapan Allah yang telah diputuskan. Frasa ini mengisyaratkan bahwa ketetapan Allah untuk menguji manusia, apakah ia taat dan akan diberi balasan baik atau durhaka yang akan diberi hukuman, merupakan sesuatu yang telah diputuskan.