v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 18 - Surat As-Sajdah (Sajdah)
السّجدة
Ayat 18 / 30 •  Surat 32 / 114 •  Halaman 416 •  Quarter Hizb 42.25 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

اَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًاۗ لَا يَسْتَوٗنَ

Afaman kāna mu'minan kaman kāna fāsiqā(n), lā yastawūn(a).

Apakah orang mukmin sama dengan orang fasik (kafir)? (Pastilah) mereka tidak sama.

Makna Surat As-Sajdah Ayat 18
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Jika orang kafir dijerumuskan ke Jahanam dan orang yang beriman berbahagia dalam surga, maka apakah keadaan orang yang beriman itu di akhirat kelak sama halnya seperti orang yang fasik dan kafir? Tentu mereka tidak sama.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini diterangkan bahwa setelah menerangkan sifat-sifat orang kafir dan sifat-sifat orang-orang mukmin, Allah menyuruh membandingkan kedua sifat itu, apakah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, tidak percaya kepada janji dan ancaman-Nya, mengingkari perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya itu sama dengan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Allah, mengakui kebenaran janji dan ancaman-Nya mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya? Allah menegaskan bahwa kedua golongan itu sama sekali tidak sama, amat besar perbedaannya di sisi-Nya. Orang yang tidak berpengetahuan dan tidak mempunyai pandangan yang tajam saja dapat membedakan kedua macam golongan itu. Firman Allah yang lain yang sama isinya dengan ayat ini, ialah:

اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ اجْتَرَحُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَوَاۤءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۗسَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ ࣖࣖ ٢١ (الجاثية)

Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu. (al-Jāṡiyah/45: 21)

Firman Allah:

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِي ْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ ٢٨ (ص)

Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat? (Ṣād/38: 28)

Isi Kandungan Kosakata

1. Jannātul Ma’wā جَنَّةُ الْمَأْوَى (as-Sajdah/32: 19)

Kata jannah adalah maṣdar (kata bentukan) dari kata janna-yajinnu-jannah yang berarti menutupi. Di dalam Al-Qur’an disebutkan, “Janna ‘alaihil-lailu” yang artinya malam telah menutupinya. Darinya diambil kata al-jinn yang berarti jin. Disebut demikian karena jin tersembunyi dari pandangan manusia. Darinya diambil kata al-janīn yang berarti janin. Disebut demikian karena ia tersembunyi di dalam perut ibunya. Dari sini, orang Arab menggunakan kata jannah untuk arti kebun yang sangat lebat pohon-pohonnya sehingga tertutup. Kata jannah di dalam Al-Qur’an sering digunakan untuk arti surga.

Adapun kata al-ma’wā adalah ism makān (kata tempat) yang terbentuk dari kata awā-ya’wī-uwiyyan yang berarti mengambil suatu tempat sebagai tempat berlindung. Di dalam Al-Qur’an disebutkan, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah..” (Hud/11: 43). Kata āwā berarti memberi tempat tinggal. Jadi, kata al-ma’wā berarti tempat tinggal. Menurut Ibnu Kaṡīr, yang dimaksud dengan lafal jannātul ma’wā di sini adalah surga-surga yang di dalamnya terdapat banyak tempat tinggal, kamar-kamar, dan ruangan-ruangan yang tinggi.

2. Lanużīqannahum لَنُذِيْقَنَّه ُمْ (as-Sajdah/32: 21)

Kata lanużīqannahum adalah fi’il muḍāri’ (kata kerja sekarang) dari kata ażāqa-yużīqu-iżāqatan yang berarti menjadikan merasa. Kata dasarnya adalah żāqa-yażūqu-żauqan yang berarti merasai, baik dengan mulut atau dengan perasa lain. Kalimat żuqtu fulānan berarti aku menguji fulan dan mengetahui sifat-sifatnya. Darinya diambil kata żawwāq yang berarti orang yang cepat bosan. Di dalam sebuah hadis disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai żawwāqīn dan żawwāqāt” yang berarti laki-laki dan perempuan yang cepat menikah tetapi juga cepat bercerai. Tafsirannya adalah hati keduanya tidak tenang sehingga setiap kali menikah maka matanya melirik ke wanita dan laki-laki lain. Darinya diambil kalimat żuq haża al-qaus yang berarti ambillah busur ini dan ujilah untuk mengetahui apakah ia lentur atau keras. Dan yang dimaksud di sini adalah Allah menimpakan siksa pada mereka sehingga mereka merasakan kepedihannya.