فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Falā ta‘lamu nafsum mā ukhfiya lahum min qurrati a‘yun(in), jazā'am bimā kānū ya‘malūn(a).
Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka berupa (macam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka kerjakan.
Maka atas ibadah itu kelak di hari kiamat mereka berhak memperoleh surga yang tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam nikmat yang menyenangkan hati, sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan di dunia berupa amal saleh.
Ayat ini menerangkan bahwa seseorang tidak dapat mengetahui betapa besar kebahagiaan dan kesenangan yang akan diberikan Allah kepadanya di akhirat nanti, dan betapa enak dan nyamannya tinggal di dalam surga itu. Semua itu adalah balasan perbuatan baik yang telah dikerjakan selama hidup di dunia.
Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim dan imam-imam hadis yang lain dari Abū Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
يَقُوْلُ الله ُتَعَالَى: اَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَالَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَاخَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ اِلاَّ مَا أَطْلَعْتُكُمْ عَلَيْهِ, اِقْرَؤُا اِنْ شِئْتُمْ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَااُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍ.
Allah berfirman, “Aku telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh apa yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya dan belum pernah tergores di dalam hati manusia, kecuali apa yang telah Aku kemukakan kepadamu. Bacalah, jika kamu menghendakinya “Falā ta’lamu nafs . . . sampai akhir.”
Diriwayatkan oleh al-Firyābī, Ibnu Abī Syaibah, Ibnu Jarīr aṭ-Ṭabarī, aṭ-Ṭabrānī, al-Ḥākim dan dinyatakan sebagai hadis sahih dari Ibnu Mas’ūd, ia berkata, “Sesungguhnya termaktub dalam Taurat bahwa Allah menjanjikan kepada orang-orang yang jauh lambung mereka dari tempat tidurnya, apa yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, belum tergores dalam hati manusia. Malaikat yang dekat kepada Tuhan tidak mengetahuinya demikian pula para rasul yang diutusnya. Sesungguhnya itu terdapat pula di dalam Al-Qur’an, sebagaimana tersebut dalam ayat ini.”
Tatajāfā تَتَجَافَى (as-Sajdah/32: 16)
Kata ini merupakan bentuk muḍāri’ dari tajāfā yang artinya menjauh atau meninggi sehingga tidak menyentuh. Pada ayat ini kata tersebut digandengkan dengan lambung atau perut, yang maknanya adalah bahwa mereka (orang-orang mukmin) menjauhkan perutnya dari tempat tidur. Frasa tersebut mengisyaratkan bahwa salah satu ciri orang mukmin itu adalah tidak memperbanyak tidur. Waktunya banyak dipergunakan untuk bekerja dan berdoa. Penggunaan kata kerja dalam bentuk muḍāri’ meng-isyaratkan hal tersebut (menjauhkan diri dari tempat tidur untuk bekerja dan berdoa) di lakukan secara berulang-ulang, sesuai dengan ajaran yang dianjurkan Allah.

