اَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ جَنّٰتُ الْمَأْوٰىۖ نُزُلًا ۢبِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Ammal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti falahum jannātul-ma'wā, nuzulam bimā kānū ya‘malūn(a).
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka akan mendapat surga-surga (sebagai) tempat kediaman sebagai balasan atas apa yang selalu mereka kerjakan.
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka sebagai balasannya mereka akan mendapat surga-surga tempat kediaman. Di sana mereka menetap dan bersenang-senang selamanya sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan.
Pada ayat ini dijelaskan perbedaan kedua golongan itu dan perbedaan keadaan mereka di akhirat nanti. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengerjakan amal saleh akan diberi ganjaran pahala yang berlipat ganda di akhirat nanti. Mereka akan tinggal di rumah-rumah yang megah dengan taman-taman yang indah, sebagai balasan keimanan dan amal saleh yang mereka perbuat selama hidup di dunia. Firman Allah:
يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍۗ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۙ ١٢ (الصّفّ)
Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. (aṣ-Ṣaff/61: 12)
1. Jannātul Ma’wā جَنَّةُ الْمَأْوَى (as-Sajdah/32: 19)
Kata jannah adalah maṣdar (kata bentukan) dari kata janna-yajinnu-jannah yang berarti menutupi. Di dalam Al-Qur’an disebutkan, “Janna ‘alaihil-lailu” yang artinya malam telah menutupinya. Darinya diambil kata al-jinn yang berarti jin. Disebut demikian karena jin tersembunyi dari pandangan manusia. Darinya diambil kata al-janīn yang berarti janin. Disebut demikian karena ia tersembunyi di dalam perut ibunya. Dari sini, orang Arab menggunakan kata jannah untuk arti kebun yang sangat lebat pohon-pohonnya sehingga tertutup. Kata jannah di dalam Al-Qur’an sering digunakan untuk arti surga.
Adapun kata al-ma’wā adalah ism makān (kata tempat) yang terbentuk dari kata awā-ya’wī-uwiyyan yang berarti mengambil suatu tempat sebagai tempat berlindung. Di dalam Al-Qur’an disebutkan, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah..” (Hud/11: 43). Kata āwā berarti memberi tempat tinggal. Jadi, kata al-ma’wā berarti tempat tinggal. Menurut Ibnu Kaṡīr, yang dimaksud dengan lafal jannātul ma’wā di sini adalah surga-surga yang di dalamnya terdapat banyak tempat tinggal, kamar-kamar, dan ruangan-ruangan yang tinggi.
2. Lanużīqannahum لَنُذِيْقَنَّه ُمْ (as-Sajdah/32: 21)
Kata lanużīqannahum adalah fi’il muḍāri’ (kata kerja sekarang) dari kata ażāqa-yużīqu-iżāqatan yang berarti menjadikan merasa. Kata dasarnya adalah żāqa-yażūqu-żauqan yang berarti merasai, baik dengan mulut atau dengan perasa lain. Kalimat żuqtu fulānan berarti aku menguji fulan dan mengetahui sifat-sifatnya. Darinya diambil kata żawwāq yang berarti orang yang cepat bosan. Di dalam sebuah hadis disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai żawwāqīn dan żawwāqāt” yang berarti laki-laki dan perempuan yang cepat menikah tetapi juga cepat bercerai. Tafsirannya adalah hati keduanya tidak tenang sehingga setiap kali menikah maka matanya melirik ke wanita dan laki-laki lain. Darinya diambil kalimat żuq haża al-qaus yang berarti ambillah busur ini dan ujilah untuk mengetahui apakah ia lentur atau keras. Dan yang dimaksud di sini adalah Allah menimpakan siksa pada mereka sehingga mereka merasakan kepedihannya.

