v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 26 - Surat As-Sajdah (Sajdah)
السّجدة
Ayat 26 / 30 •  Surat 32 / 114 •  Halaman 417 •  Quarter Hizb 42.25 •  Juz 21 •  Manzil 5 • Makkiyah

اَوَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ يَمْشُوْنَ فِيْ مَسٰكِنِهِمْ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍۗ اَفَلَا يَسْمَعُوْنَ

Awalam yahdi lahum kam ahlaknā min qablihim minal-qurūni yamsyūna fī masākinihim, inna fī żālika la'āyāt(in), afalā yasma‘ūn(a).

Tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum kafir Makkah), betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Apakah mereka tidak mendengarkan (memperhatikan)?

Makna Surat As-Sajdah Ayat 26
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, yaitu para pendusta risalah, betapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan akibat pendustaan dan penentangan mereka terhadap para rasul, sedangkan mereka sendiri seringkali berjalan di tempat-tempat kediaman mereka yang dibinasakan itu sehingga mereka melihat bekas-bekas kehancurannya? Kaum-kaum itu hancur karena kekafiran mereka. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Apakah mereka tidak mendengarkan dan memperhatikan?

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang musyrik Mekah yang selalu menentang dan mengingkari seruan Nabi Muhammad. Apakah belum jelas bagi mereka jalan benar yang telah ditunjukkan kepada mereka. Apakah mereka lupa dan tidak memperhatikan akibat yang diterima umat-umat dahulu yang mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka. Bukankah orang-orang musyrik Mekah sering melakukan perdagangan ke Syiria dan Yaman. Dalam perjalanan itu, mereka menyaksikan dan melihat bekas negeri kaum ‘Ad, Samud, Lut, penduduk Aikah, dan sebagainya yang telah hancur akibat tindakan mereka yang mendustakan para rasul.

Ayat lain yang senada dengan ayat ini ialah firman Allah:

فَكَاَيِّن ْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۖ وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَّقَصْرٍ مَّشِيْدٍ ٤٥ (الحج)

Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya). (al-Ḥajj/22: 45)

Firman Allah lainnya:

فَتِلْكَ بُيُوْتُهُمْ خَاوِيَةً ۢبِمَا ظَلَمُوْاۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ ٥٢ (النمل)

Maka itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezaliman mereka. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengetahui. (an-Naml/27: 52)

Allah mengatakan bahwa sebenarnya pada bekas reruntuhan dan tempat kediaman orang-orang yang mendustakan dan mengingkari seruan rasul itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Kejadian itu menunjukkan bahwa sunatullah berlaku bagi semua orang yang zalim.

Isi Kandungan Kosakata

Miryah مِرْيَةٍ (as-Sajdah/32:21)

Kata miryah terbentuk dari kata marā-yamrī-maryan yang berakar makna mengeluarkan. Kata marā al-ibila berarti memerah ambing unta dan mengeluarkan air susunya. Kata al-ibil al-mariyyu berarti unta yang banyak air susunya. Darinya diambil kata mārā ar-rajula yang berarti mendebat seorang laki-laki dan membuatnya mengeluarkan argumen-argumen mengenai pandangan dan pendapatnya, seperti layaknya mengeluarkan air susu dari ambing unta. Darinya terambil kata tatamārā yang berarti mendebat sesuatu lantaran meragukan, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah, “Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja..” (al-Kahf/18: 22). Dan yang dimaksud dengan kata miryah di sini adalah keraguan.