ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
Ṡumma sawwāhu wa nafakha fīhi mir rūḥihī wa ja‘ala lakumus-sam‘a wal-abṣāra wal-af'idah(ta), qalīlam mā tasykurūn(a).
Kemudian, Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)-nya. Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani untukmu. Sedikit sekali kamu bersyukur.
Setelah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Dia menyempurnakan ciptaan-Nya secara fisik dan setelah itu meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh-nya dan jadilah ia ciptaan Allah yang terbaik. Dia juga melengkapi ciptaannya dengan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal bagimu supaya kamu dapat mendengar nasihat agama, melihat tanda kebesaran Allah, dan merenungkan ciptaan-Nya, yang dengan itu semua kamu beriman dan mengesakan-Nya. Namun, sedikit sekali di antara kamu yang mau bersyukur.
Kemudian di dalam rahim perempuan, Allah menyempurnakan kejadian nuṭfah itu, sehingga berbentuk manusia. Kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Dengan demikian bergeraklah janin yang kecil itu. Setelah nyata kepadanya tanda-tanda kehidupan, Allah menganugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan, dan sebagainya.
Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibu, sekalipun telah dianugerahi mata, telinga, dan otak, tetapi ia belum dapat melihat, mendengar, dan berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir, dan semakin lama panca inderanya itu dapat berfungsi dengan sempurna.
Pada akhir ayat ini, Allah mengatakan bahwa hanya sedikit manusia yang mau mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.
Sulālah min Mā’ Mahīn سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِيْنٍ (as-Sajdah/32: 8)
Kalimat ini terdiri dari 4 (empat) kata, yaitu sulālah, min, mā’, dan mahīn. Yang pertama (sulālah) terambil dari kata salla yang antara lain berarti mengambil atau mencabut. Bentuk kata sulālah ini mengandung makna keturunan atau sesuatu yang sedikit, sehingga kata ini dapat diartikan sebagai mengambil sedikit. Yang kedua (min) artinya dari, untuk mengung-kapkan asal sesuatu. Yang ketiga (mā’) artinya air, yaitu benda cair yang merupakan salah satu sarana kehidupan. Yang keempat (mahīn) dapat diartikan sebagai lemah. Kata ini juga dapat berarti sedikit. Dengan demikian min mā’ mahīn artinya adalah dari air yang sedikit dan lemah.
Mahīn dapat pula berasal dari kata kerja mahana, yang artinya memerah susu, dan susu yang diperah biasanya memancar dan sedikit. Dari sini dapat dipahami pendapat ulama yang mengatakan bahwa makna mā’ mahīn itu adalah air yang memancar. Selanjutnya dari uraian tersebut dapat disimpul-kan bahwa makna sulālah min mā’ mahīn adalah bahwa asal manusia itu dari air sedikit yang memancar dan lemah.

