ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهٗ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّاۤءٍ مَّهِيْنٍ ۚ
Ṡumma ja‘ala naslahū min sulālatim mim mā'im mahīn(in).
Kemudian, Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina, yakni air mani.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan keturunan manusia dari sperma, yaitu air yang sedikit dan memancar, yang bertemu dengan sel telur. Hasil pertemuan ini disebut dengan nuṭfah.
Sulālah min Mā’ Mahīn سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِيْنٍ (as-Sajdah/32: 8)
Kalimat ini terdiri dari 4 (empat) kata, yaitu sulālah, min, mā’, dan mahīn. Yang pertama (sulālah) terambil dari kata salla yang antara lain berarti mengambil atau mencabut. Bentuk kata sulālah ini mengandung makna keturunan atau sesuatu yang sedikit, sehingga kata ini dapat diartikan sebagai mengambil sedikit. Yang kedua (min) artinya dari, untuk mengung-kapkan asal sesuatu. Yang ketiga (mā’) artinya air, yaitu benda cair yang merupakan salah satu sarana kehidupan. Yang keempat (mahīn) dapat diartikan sebagai lemah. Kata ini juga dapat berarti sedikit. Dengan demikian min mā’ mahīn artinya adalah dari air yang sedikit dan lemah.
Mahīn dapat pula berasal dari kata kerja mahana, yang artinya memerah susu, dan susu yang diperah biasanya memancar dan sedikit. Dari sini dapat dipahami pendapat ulama yang mengatakan bahwa makna mā’ mahīn itu adalah air yang memancar. Selanjutnya dari uraian tersebut dapat disimpul-kan bahwa makna sulālah min mā’ mahīn adalah bahwa asal manusia itu dari air sedikit yang memancar dan lemah.

