ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِيْنَ اَسَاۤءُوا السُّوْۤاٰىٓ اَنْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَكَانُوْا بِهَا يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ
Ṡumma kāna ‘āqibatal-lażīna asā'us-sū'ā an każżabū bi'āyātillāhi wa kānū bihā yastahzi'ūn(a).
Kemudian, kesudahan orang-orang yang berbuat jahat adalah (balasan) yang paling buruk karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan selalu memperolok-olokkannya.
Apabila mereka tetap berperilaku buruk maka keburukan pula yang akan mereka terima. Kemudian azab yang lebih buruk di akhirat kelak merupakan kesudahan bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan. mereka kekal di neraka. Yang demikian ini karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Allah yang membuktikan keesaan-Nya dan mereka pun selalu memperolok-olokkannya.
Ayat ini menegaskan bahwa azab itu adalah akibat perbuatan kufur dan jahat. Akibat itu akan dialami oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun ia berada. Di dunia mereka mendapat kebinasaan dan di akhirat nanti mereka akan dibenamkan ke dalam neraka Jahanam. Semua itu sebagai akibat karena mereka mengingkari seruan para rasul, mendustakan ayat-ayat Allah, dan memperolok-olokkannya.
Aṡārul-arḍ اَثَارُوا اْلاَرْضِ (ar-Rūm/30: 9)
Aṡārul-arḍ artinya mereka telah mengolah bumi. Akar katanya menurut ar-Ragib adalah (ṡa’-waw-ra’) artinya tersebarnya sesuatu. Menurut al-Fairuz Abādi, kata ini bisa juga diartikan melompat. Jika dikatakan ṡāra as-sahāb, yaṡūru, ṡauran, ṡaurānan artinya mega itu tersebar. Dalam ayat “tuṡīrul arḍ” (al-Baqarah/2: 71), artinya mengolah bumi atau membajak tanah. Dengan demikian maka aṡāru al-arḍ berarti mereka telah menyebar ke penjuru bumi untuk mengolah, membajak, dan menanaminya dengan tanam tanaman.

