۞ مُنِيْبِيْنَ اِلَيْهِ وَاتَّقُوْهُ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ
Munībīna ilaihi wattaqūhu wa aqīmuṣ-ṣalāta wa lā takūnū minal-musyrikīn(a).
(Hadapkanlah wajahmu) dalam keadaan kembali (bertobat) kepada-Nya. Bertakwalah kepada-Nya, laksanakanlah salat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik,
Berpegangteguhlah pada agama yang lurus itu dengan mendekat dan kembali bertobat kepada-Nya dengan sepenuh hati, dan bertakwalah kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta laksanakanlah salat secara konsisten dan sempurna, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah dalam beribadah atau mempersekutukan-Nya dengan mengikuti agama yang menyimpang
Ayat ini merupakan jawaban dari ayat 30 Surah ar-Rūm di atas yang menyatakan, “Tidak ada perubahan bagi agama Allah.” Maksudnya ialah agar manusia jangan sekali-kali mencoba mengubah agama Allah. Bagaimana tindakan manusia agar dia tidak mengubah agama Islam ialah dengan jalan bertobat kepada-Nya. Akan tetapi, ada yang menafsirkan kalimat “dengan kembali bertobat kepada-Nya” sebagai keterangan dari kata “hadapkanlah wajahmu” tersebut di atas. Maksudnya agar Nabi Muhammad dan umatnya meluruskan muka (menghadapkan wajah) dengan cara kembali bertobat kepada Allah. Kaum Muslimin juga termasuk dalam perintah ini karena suruhan kepada Nabi saw berarti juga suruhan kepada umatnya.
Ayat ini juga menyuruh manusia bertobat kepada Allah. Perintah ini lalu dihubungkan dengan suruhan agar manusia bertakwa kepada-Nya, mendirikan salat, serta larangan menjadi orang musyrik.
Kembali kepada Allah ialah cara yang baik untuk memperbaiki fitrah tadi dan menjauhi segala rintangan yang mungkin menghalanginya.
Perintah bertakwa didahulukan dari perintah mendirikan salat karena salat termasuk salah satu tanda-tanda yang pokok dari orang yang bertakwa. Salat dan ibadah lainnya tidak akan ada hasilnya, kecuali atas dasar iman dengan Allah, merasakan kekuasaan dan ketinggian-Nya. Dalam hal ini Allah berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْن َ ۙ ١ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ ٢ (المؤمنون)
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya. (al-Mu’minūn/23: 1-2)
Ibadah juga tidak ada artinya kalau tidak disertai dengan ikhlas. Oleh karena itu, ayat ini diakhiri dengan keharusan ikhlas dalam beribadah agar kaum Muslimin tidak menjadi musyrik.
Fiṭratallāh فِطْرَةَ اللهِ (ar-Rūm/30: 30)
Fiṭratallāh artinya ciptaan Allah. Berasal dari kata kerja atau fi’il faṭara-yafṭuru-fiṭrata n au fuṭūran artinya menciptakan, tumbuh, terbit, berbuka puasa atau makan pagi. Surah ke-35 dalam Al-Qur’an bernama Fāṭir, artinya Pencipta. Pada ayat 30 Surah ar-Rūm ini Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk tetap menghadapkan muka kepada-Nya dalam rangka melaksanakan dakwah menyebarkan agama Allah kepada seluruh umat manusia. Agama Allah merupakan ciptaan (fitrah)-Nya untuk kebaikan seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Nabi tidak perlu terlalu sedih karena masih banyak orang-orang Mekah yang musyrik dan tidak mau mengikuti petunjuk yang benar. Agama Islam yang benar ini pasti akan terus berkembang dan diikuti oleh manusia-manusia yang lain, meskipun orang-orang Mekah menolaknya. Nabi tidak perlu terlalu bersedih hati, tetapi tetap melaksanakan dakwah, dan terus menghadapkan wajah kepada Allah, dalam artian melaksanakan tugas-tugas dari-Nya.

