v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 49 - Surat Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)
القصص
Ayat 49 / 88 •  Surat 28 / 114 •  Halaman 391 •  Quarter Hizb 39.75 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

قُلْ فَأْتُوْا بِكِتٰبٍ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ هُوَ اَهْدٰى مِنْهُمَآ اَتَّبِعْهُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Qul fa'tū bikitābim min ‘indillāhi huwa ahdā minhumā attabi‘hu in kuntum ṣādiqīn(a).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah yang lebih banyak memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al-Qur’an), niscaya aku mengikutinya, jika kamu orang-orang benar.”

Makna Surat Al-Qasas Ayat 49
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Untuk menyanggah argumentasi mereka, Allah perintahkan kepada Rasul-Nya, katakanlah kepada mereka wahai Nabi Muhammad, “Apabila kamu tidak beriman kepada Taurat dan Al-Qur’an, datangkanlah olehmu, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih memberi petunjuk daripada keduanya, yakni Taurat dan Al-Qur'an, atau yang semisal dengannya, niscaya aku akan mengikutinya. Lakukanlah jika kamu memang orang yang benar dalam prasangka kamu bahwa apa yang kami datangkan itu adalah sihir.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Allah menyuruh Muhammad menantang orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Musa dan Muhammad adalah ahli sihir, dan Taurat dan Al-Qur’an adalah sihir belaka, untuk mendatangkan sebuah kitab dari sisi Allah yang lebih memberi petunjuk dan lebih mendatangkan kemaslahatan daripada kedua kitab itu. Nabi menegaskan kepada mereka bahwa dia bersedia meninggalkan Al-Qur’an apabila mereka itu benar dalam pengakuan mereka, dan benar-benar dapat mendatangkan kitab yang dimaksud.

Isi Kandungan Kosakata

1. Hawāhu هَوَاهُ (al-Qaṣaṣ/28: 50)

Kata hawāhu merupakan gabungan dua kata yaitu hawā dan ḍamīr muttaṣil dari huwa. Lafal hawā sendiri terbentuk dari kata hawā-yahwi yang berarti jatuh dari atas ke bawah. Al-Hawā berarti ruang yang berada antara langit dan bumi atau setiap sesuatu yang kosong dan hampa. Bentuk jamaknya adalah ahwiyah. Al-Hawā juga diartikan dengan orang yang penakut, karena penakut hatinya seakan-akan kosong. Allah berfirman “Wa af’idatuhum hawā” (Ibrāhīm/14: 43) diartikan dengan akal dan hati yang kosong. Al-Hawā berarti juga setiap batas antara dua ruang/tempat seperti antara bawah sumur dengan atas sumur, antara lain rumah dengan atapnya. Al-Mahwā diartikan dengan ruang kosong antara dua gunung. Kata hawā dengan berbagai bentuk derivasinya terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 38 kali.

Al-Hawā berarti juga kecintaan dan keinginan seorang manusia terhadap sesuatu. Allah berfirman dalam Surah an-Nāzi’āt/79: 40, “wa nahā an-nafs ‘an al-hawā” (dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya). Kata hawā lebih banyak digunakan untuk arti kecenderungan hati atau jiwa terhadap syahwat. Dinamakan seperti ini karena pemilik hati lebih cenderung kepada dunia atau lebih dikenal dengan istilah hawa nafsu yang lebih bernuansa negatif. Oleh karena itu, Allah menamai salah satu neraka dengan al-Hāwiyah (al-Qāri’ah/101: 9).

Pada ayat ini, Allah menjelaskan sikap orang-orang kafir terhadap kerasulan Muhammad saw. Mereka memintanya untuk mendatangkan seperti apa yang Allah berikan kepada Musa dahulu. Akan tetapi, ketika mereka ditantang untuk mendatangkan kitab suci selain Al-Qur’an dan Taurat yang lebih bisa menjamin kebahagiaan mereka, ternyata mereka tidak bisa mendatangkannya. Ini sebagai bukti bahwa pembangkangan yang mereka lakukan bukanlah keluar atas nama hati nurani, melainkan hanyalah karena terdorong hawa nafsu (al-hawā) belaka.

2. Waṣṣalnā وَصَّلْناَ (al-Qaṣaṣ/28: 51)

Kata waṣṣalnā merupakan kata yang terbentuk dari kata waṣṣala yang berarti sampai ke tujuan. Waṣal juga berarti bersambung yang merupakan antonim dari lafal al-faṣl. Waṣṣala juga berarti bersambungnya sesuatu dengan cara teratur dan tidak terputus. Dalam hadisnya, Rasulullah melarang umatnya untuk melakukan wiṣal yaitu puasa yang terus menerus. Kata ini bisa digunakan dalam fiksi dan non fiksi. Dalam fiksi, misalnya waṣaltu fulān (aku telah mendatangi si fulan). Al-Waṣīlah berarti juga tanah yang luas.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an secara bertahap dalam waktu yang berbeda dan masa yang cukup lama. Namun demikian, Al-Qur’an tetap tersusun dengan rapi dan serasi.