v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 47 - Surat Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)
القصص
Ayat 47 / 88 •  Surat 28 / 114 •  Halaman 391 •  Quarter Hizb 39.75 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

وَلَوْلَآ اَنْ تُصِيْبَهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ فَيَقُوْلُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا فَنَتَّبِعَ اٰيٰتِكَ وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

Wa lau lā an tuṣībahum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim fayaqūlū rabbanā lau lā arsalta ilainā rasūlan fanattabi‘a āyātika wa nakūna minal-mu'minīn(a).

Seandainya saja saat ditimpa azab karena apa yang mereka kerjakan mereka tidak berdalih dengan mengatakan, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami agar kami mengikuti ayat-ayat-Mu dan termasuk orang-orang mukmin?” (Maka, tidak akan ada rasul yang diutus.)

Makna Surat Al-Qasas Ayat 47
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka yang sebenarnya bukan Kami penyebabnya, tetapi disebabkan apa yang mereka kerjakan, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul yang memberi tuntunan dan peringatan kepada kami, agar kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan termasuk orang mukmin.” Agar mereka tidak beralasan demikian, Kami utus engkau kepada mereka dan kepada alam semesta sebagai pembawa berita gembira dan peringatan dari Tuhan.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa salah satu hikmah pengutusan Muhammad kepada mereka adalah untuk menolak alasan-alasan mereka, ketika kelak mendapat azab yang pedih atas kekafiran mereka terhadap Allah dan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Seandainya Muhammad belum diutus sedangkan azab menimpa mereka, tentu mereka akan mengemukakan alasan dan hujah. Mereka akan berkata, “Wahai Tuhan kami! Kenapa tidak diutus seorang rasul kepada kami sebelum kemurkaan-Mu menimpa kami, dan azab-Mu diturunkan kepada kami, agar kami dapat mengikuti petunjuk-petunjuk-Mu, mengamalkan ayat-ayat yang ada di dalam kitab-Mu yang diturunkan kepada rasul itu, sehingga kami percaya atas ketuhanan-Mu dan membenarkan rasul yang Engkau utus itu?”

Oleh sebab itu, jauh sebelum mereka dimurkai dan diazab oleh Allah, Muhammad telah diutus kepada mereka untuk memberi peringatan dan ancaman dengan kemurkaan dan azab yang akan ditimpakan kalau mereka tetap dalam agama nenek moyang mereka, menyembah berhala, memper-sekutukan Allah. Dengan demikian, tidak ada jalan bagi mereka untuk mengemukakan alasan-alasan dan hujah. Itulah sunatullah yang berlaku pada tiap-tiap umat. Hal ini ditegaskan dalam ayat lain dalam Al-Qur’an seperti firman Allah:

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا ١٦٥ (النساۤء)

Rasul-rasu l itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (an-Nisā’/4: 165)

Dan firman-Nya:

مَنِ اهْتَدٰى فَاِنَّمَا يَهْتَدِيْ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَاۗ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا ١٥ (الاسراۤء)

Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isrā’/17: 15)

Salah satu hikmat pengutusan para rasul adalah untuk membendung dan menolak alasan yang akan dikemukakan mereka. Hikmah diturunkannya kitab suci Al-Qur’an juga untuk menolak alasan mereka yang akan mengatakan bahwa mereka tidak beriman karena kitab samawi hanya diturunkan kepada dua golongan saja yaitu Yahudi dan Nasrani, sebagaimana firman Allah swt:

اَنْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اُنْزِلَ الْكِتٰبُ عَلٰى طَاۤىِٕفَتَيْن ِ مِنْ قَبْلِنَاۖ وَاِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغٰفِلِيْنَۙ ١٥٦ (الانعام)

(Kami turunkan Al-Qur’an itu) agar kamu (tidak) mengatakan, “Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami (Yahudi dan Nasrani) dan sungguh, kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.” (al-An‘ām/6: 156)

Isi Kandungan Kosakata

Ṡāwiyan ثَاوِيًا(al-Qaṣa /28: 45)

Ṡāwiyan adalah bentuk dari kata ṡawā-yaṡwī yang berarti ketetapan yang panjang (al-istiqāmah ma’al al-istiqrār). Bisa juga diartikan dengan diam yang cukup lama (bertempat tinggal dan menetap). Rumah disebut juga maṡwā karena rumah digunakan sebagai tempat tinggal yang memakan waktu cukup lama. Bentuk jamaknya adalah al-maṡāwi. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Qāla an-nāru maṡwākum” (al-An‘ām/6: 128). (Bahwa neraka adalah tempat tinggal mereka). Innahū rabbī aḥsana maṡwaya, Yūsuf/12: 23 (dia adalah tuanku yang telah memperlakukanku dengan baik). Lafal maṡwā dalam Al-Qur’an terulang sebanyak sembilan kali. Sedangkan ṡawā dalam berbagai bentuk derivasinya terulang sebanyak 14 kali.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan tentang kemukjizatan Nabi Muhammad, yaitu dengan wahyu Allah, ia bisa menjelaskan kisah Nabi Musa, padahal Muhammad pada saat itu tidak tinggal bersama-sama dengan Musa dan kaumnya di Madyan. Nabi Muhammad juga tidak menyaksikan apa yang diperbuat oleh kaum Nabi Musa. Akan tetapi, dengan perantaraan wahyu yang diterimanya dari Allah, maka Muhammad bisa mengetahui dan mengisahkan kembali apa yang terjadi pada umat-umat terdahulu.