v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 85 - Surat Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)
القصص
Ayat 85 / 88 •  Surat 28 / 114 •  Halaman 396 •  Quarter Hizb 40.25 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Innal-lażī faraḍa ‘alaikal-qur'āna larādduka ilā ma‘ād(in), qur rabbī a‘lamu man jā'a bil-hudā wa man huwa fī ḍalālim mubīn(in).

Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Nabi Muhammad untuk menyampaikan dan berpegang teguh pada) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.569) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tuhanku paling mengetahui siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”

Makna Surat Al-Qasas Ayat 85
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Negeri akhirat merupakan negeri tempat kembali semua makhluk, dan semua akan menuju ke sana dan menerima balasan dan ganjaran, termasuk Nabi Muhammad. Sesungguhnya Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan mewajibkan engkau wahai Nabi Muhammad untuk menyampaikan pesan-pesan Al-Qur'an dan berpegang teguh kepadanya, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali, yaitu kota Mekah, atau akhirat kelak. Inilah suatu janji dari Allah bahwa Nabi Muhammad akan kembali ke Mekah sebagai orang yang menang, dan ini sudah terjadi pada tahun kedelapan Hijriah, pada waktu Nabi menaklukkan Mekah. Ini merupakan suatu mukjizat bagi Nabi Muhammad. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang musyrik, “Tuhanku mengetahui dengan ilmu yang tiada bandingannya tentang orang yang datang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata yang diketahui oleh setiap orang berakal yang memiliki pengetahuan yang benar.”

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dialah yang mewajibkan kepada Muhammad mengamalkan isi Al-Qur’an, dan melaksanakan hukum-hukum dan perintah yang ada di dalamnya. Dia pulalah yang akan mengembalikan Muhammad ke tanah suci Mekah, tanah tumpah darahnya dalam keadaan menang dan merebutnya kembali dari kaum yang telah mengusirnya dari sana. Muhammad saw kembali ke Mekah dengan satu kemenangan besar bagi kaum Muslimin, karena dengan demikian ia dapat mengembangkan Islam dengan bebas dan dapat menekan kehendak kaum musyrikin. Ini adalah janji dari Allah ketika Muhammad selalu disakiti dan mendapat tekanan yang berat dari kaumnya bahwa dia akan hijrah meninggalkan Mekah, dan akan kembali dalam keadaan menang.

Selain kembali ke Mekah, ada yang berpendapat Allah mengembalikan Rasul kepada kematian atau mengembalikan ke surga, sebagaimana firman Allah:

قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌۚ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ تَكُوْنُ لَهٗ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ ١٣٥ (الانعام)

Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan beruntung. (al-An‘ām/6: 135)

Isi Kandungan Kosakata

1. Faraḍa فَرَضَ (al-Qaṣaṣ/28: 85)

Kata faraḍa dalam Al-Qur’an disebut tidak kurang dari 4 kali, yaitu dalam Surah al-Baqarah/2: 197, Surah al-Aḥzāb/33: 38, Surah at-Taḥrīm/66: 2, dan dalam Surah al-Qaṣaṣ/28: 81 ini. Kalau subjek (fā’il)nya manusia, maka artinya “mengerjakan sesuatu sebagai kewajiban,” seperti terdapat dalam Surah al-Baqarah/2: 197. Akan tetapi, kalau subjek (fā’il)nya Allah, maka faraḍa berarti mewajibkan. Kata faraḍa ‘alaika dalam ayat ini mengandung tiga macam arti. Menurut ‘Aṭā’ bin Abi Rabah dan Ibnu Qutaibah, kata itu berarti Allah mewajibkan kepada Muhammad untuk mengamalkan hukum-hukum Al-Qur’an. Menurut Mujāhid, artinya Allah memberikan kepada Nabi Muhammad Al-Qur’an. Menurut Muqātil, al-Farra’ dan Abū Ubaidah, maksudnya adalah Allah menurunkan kepada Muhammad Al-Qur’an.

2. Larādduka لَرَادُّكَ (al-Qaṣaṣ/28: 85)

Kata larādduka dalam rangkaian ayat ini merupakan predikat/khabar inna, yang artinya “pasti akan mengembalikanmu (Muhammad).” Menurut sebagian mufasir, ayat ini diturunkan pada waktu Nabi Muhammad berangkat dari Mekah, yakni dalam perjalanan hijrah menuju Medinah. Nabi Muhammad sesampai di Juhfah, menolehkan mukanya ke arah Mekah karena ingin kembali ke sana. Allah menegaskan janji-Nya bahwa Dia yang telah mewajibkan kepada Nabi Muhammad untuk mengamalkan hukum-hukum Al-Qur’an, pasti akan mengembalikan beliau ke Mekah melalui futuḥ Mekah pada waktu yang tepat. Jadi, penaklukan kota Mekah benar-benar dijanjikan Allah kepada Nabi Muhammad, sehingga kota itulah tempat beliau kembali (ma’ad), yang dari situ beliau diusir.