وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى حَتّٰى يَبْعَثَ فِيْٓ اُمِّهَا رَسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى الْقُرٰىٓ اِلَّا وَاَهْلُهَا ظٰلِمُوْنَ
Wa mā kāna rabbuka muhlikal-qurā ḥattā yab‘aṡa fī ummihā rasūlay yatlū ‘alaihim āyātinā, wa mā kunnā muhlikil-qurā illā wa ahluhā ẓālimūn(a).
Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri-negeri, kecuali penduduknya dalam keadaan zalim.
Jangan menduga bahwa kehancuran negeri-negeri terjadi dengansewenang-wenang. Tidak, Allah Maha adil, dan karena itu Tuhanmu tidak mungkin akan membinasakan negeri-negeri di sekitar Mekah dan atau penduduknya pada masamu, wahai Nabi Muhammad, betapa pun besarnya kedurhakaan mereka, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya, yaitu Mekah, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah pula Kami membinasakan penduduk negeri setelah Kami mengutus rasul atau pemberi peringatan, kecuali penduduknya melakukan kezaliman terhadap diri mereka sendiri dengan kufur dan maksiat kepada Allah, sehingga mereka pantas menerima hukuman.
Ayat ini menerangkan bahwa sesuai dengan sunah-Nya, Allah tidak pernah membinasakan suatu kota, kecuali terlebih dahulu mengutus seorang rasul ke kota itu untuk membacakan kepada penduduknya ayat-ayat Allah yang berisi kebenaran. Rasul itu ditugaskan untuk menyeru dan memberi peringatan kepada mereka supaya mereka itu beriman kepada Allah, namun mereka tidak mengindahkannya. Firman Allah:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا
Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isrā’/17: 15)
Sesudah Allah mengutus rasul untuk membimbing penduduk kota itu ke jalan yang lurus, memberi petunjuk kepada kebenaran, tetapi mereka tetap melakukan kezaliman dan mendustakan rasul, mengingkari ayat-ayat-Nya, maka Dia akan membinasakan kota itu beserta penduduknya.
Pembinasaan umat secara besar-besaran sebagaimana terjadi pada umat-umat terdahulu tidak terjadi pada umat Nabi Muhammad. Beliau adalah nabi terakhir yang diutus bagi seluruh alam, sehingga pembinasaan total sudah tidak terjadi lagi. Yang ada hanyalah pembinasaan parsial atau lokal seperti bencana penyakit, bencana alam, gempa bumi, gelombang tsunami, dan sebagainya.
Pengutusan Muhammad saw sebagai nabi terakhir berarti Allah tidak akan mengutus nabi atau rasul setelah beliau. Sedangkan tugas–tugas dakwah dan tanggung jawab memberi peringatan kepada umat terletak di pundak para ulama.
Kosakata : Baṭirat بَطِرَتْ (al-Qaṣaṣ/28: 58)
Kata baṭirat adalah fi’il māḍi, yaitu baṭira-yabṭaru-baṭran yang mempunyai banyak arti, antara lain: menyalahgunakan kenikmatan, meremehkan, tidak mensyukuri, menyombongkan. Kata ini pada ayat 58 mengungkapkan: wa kam ahlakna min qaryatin baṭirat ma’īsyataha artinya: Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah Kami binasakan. Mereka menyalahgunakan kenikmatan hidup dan tidak mensyukurinya, seperti Bani ‘Ad, Bani Samud, Kaum Lut, dan lain-lain. Kesalahan mereka adalah menyalahgunakan kenikmatan dari Allah dan menentang ketentuan-Nya. Sedangkan apabila penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah pasti melimpahkan berkah dari langit dan bumi kepada mereka (al-A‘rāf/7: 96)

