v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 60 - Surat Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)
القصص
Ayat 60 / 88 •  Surat 28 / 114 •  Halaman 393 •  Quarter Hizb 40 •  Juz 20 •  Manzil 5 • Makkiyah

وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ

Wa mā ūtītum min syai'in famatā‘ul-ḥayātid-dun-yā wa zīnatuhā, wa mā ‘indallāhi khairuw wa abqā, afalā ta‘qilūn(a).

Apa pun yang dianugerahkan (Allah) kepadamu, itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya, sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak mengerti?

Makna Surat Al-Qasas Ayat 60
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Kaum musyrik enggan beriman karena khawatir diculik, ditawan dan dirampas hartanya. Sebenarnya, bahaya yang harus ditakuti itu adalah yang bersumber dari Allah akibat kedurhakaan. Kerugian jiwa dan harta di dunia tidak seberapa kerugian di akhirat akibat durhaka kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa apa saja kekayaan, jabatan, keturunan dan lainnya, yang diberikan oleh Allah melalui siapa pun kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya yang bersifat terbatas dan sementara, sehingga akan segera lenyap dan binasa; sedang apa yang di sisi Allah di akhirat kelak, yang disediakan untuk untuk orang-orang yang taat kepada-Nya, adalah lebih baik karena tidak mengandung bahaya dan mudarat, dan di samping itu lebih kekal karena tidak akan punah sama sekali. Tidakkah kamu menggunakan akal pikiran sehingga kamu mengerti mana yang baik dan mana yang buruk?

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Ayat ini menerangkan bahwa apa yang diberikan Allah bagi manusia baik berupa harta benda maupun keturunan hanya merupakan kesenangan duniawi. Kehidupan dunia dengan segala perhiasannya belum tentu menjamin keselamatan dan kebahagiaan mereka. Sebaliknya, pahala yang ada di sisi Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat adalah lebih baik, karena yang demikian itu kekal dan abadi. Berbeda dengan kesenangan duniawi yang dipujanya karena waktunya terbatas sekali, dan sesudah itu habis dan punah. Firman Allah:

وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّلْاَبْرَارِ

Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (Āli ‘Imrān/3: 198)

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ

Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (an-Naḥl/16: 96)

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ٦٤ (العنكبوت)

Dan kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. (al-’Ankabūt/29:64)

بَ لْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ ١٦ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ ١٧ (الاعلى)

Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (al-A’lā/87: 16-17)

Ayat ini ditutup dengan pertanyaan yang bernada ejekan sekaligus per-ingatan dari Allah. Mengapa mereka tidak mau menggunakan akalnya, dan berpikir secara mendalam sehingga mereka mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak. Apakah menurut mereka kehidupan dunia dengan segala kenikmatannya yang fana dan bisa dinikmati dalam waktu yang sangat singkat lebih baik daripada kehidupan akhirat yang kekal dan abadi itu.

Isi Kandungan Kosakata

Al-Muḥḍarīn اَلْمُحْضَرِيْ ن (al-Qaṣaṣ/28: 61)

Kata muḥḍarīn adalah bentuk jamak dari muḥḍar yaitu isim maf’ūl (yang dikenai pekerjaan). Berasal dari fi’il ḥaḍara-yaḥḍuru-ḥa ran artinya: datang atau hadir, yaitu fi’il lazim atau kata kerja intransitif (tidak mempunyai maf’ūl atau objek). Kemudian diubah menjadi bentuk transitif (fi’il muta’addi) dengan ditambahkan di depannya huruf hamzah (ء) sehingga menjadi aḥḍara-yuḥḍiru-iḥ āran artinya mendatangkan atau menghadirkan. Setelah dibentuk menjadi isim maf’ūl yaitu muḥḍar maka berarti yang didatangkan atau dihadirkan. Pada ayat 61 lengkapnya firman Allah yang artinya: kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka), karena memilih kesenangan duniawi dan tidak menaati ketentuan Allah.