وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْلِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ اِنَّهٗ لَمَجْنُوْنٌ ۘ
Wa iy yakādul-lażīna kafarū layuzliqūnaka bi'abṣārihim lammā sami‘uż żikra wa yaqūlūna innahū lamajnūn(un).
Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan matanya ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan berkata, “Sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) benar-benar orang gila.”
Setelah perintah bersabar kepada Nabi Muhammad ayat ini melanjutkan penjelasannya mengapa Nabi Muhammad harus tabah dan menguatkan kesabarannya. Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka yang penuh kedengkian dan kebencian kepadamu, khususnya ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata, “Dia Nabi Muhammad itu benar-benar orang gila. ltu dilakukan agar masyarakat menolak ajaran Al-Qur’an,
Allah menyatakan kepada Nabi Muhammad saw bahwa karena orang-orang musyrik sangat marah dan benci kepada beliau, mereka memandang Nabi dari sudut matanya dengan pandangan yang penuh kemarahan dan kebencian. Hal ini terutama setiap kali mereka mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an.
Menurut sebagian ahli tafsir, yang dimaksudkan dengan “orang-orang yang hampir-hampir menggelincirkan Nabi dengan pandangan matanya” ialah Bani Asad, salah satu kabilah di negeri Arab waktu itu. Diriwayatkan bahwa orang-orang dari Bani Asad mempunyai semacam ilmu yang dapat mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ketajaman sorotan matanya. Maka sebahagian mereka bermaksud mencobakan ilmunya itu kepada Nabi Muhammad, karena menurut mereka seandainya Muhammad itu benar-benar seorang rasul yang diutus Allah, tentu ia tidak akan terpengaruh oleh ilmu mereka itu. Kenyataannya bahwa ilmu itu memang tidak mempan terhadap Rasulullah saw.
Dari riwayat di atas ayat ini dipahami bahwa segala macam ilmu gaib apa pun tidak akan dapat mengenai atau mempengaruhi seseorang jika ia beriman kepada Allah, kecuali ilmu-ilmu yang sesuai dengan sunatullah, seperti menyakiti seseorang dengan cara mempengaruhi jiwanya sesuai dengan dalil dan ketetapan ilmu jiwa, menganiaya seseorang dengan aliran listrik, dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang demikian itu dapat mempengaruhi seseorang.
Karena orang-orang musyrik itu tidak dapat mempengaruhi Rasulullah dengan ilmu-ilmu yang ada pada mereka, seperti sorotan ketajaman mata, dan karena tidak dapat menandingi ayat-ayat Al-Qur’an, maka mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ia (Muhammad) itu benar-benar orang yang gila.
1. Mażmūm مَذْمُوْمٌ (al-Qalam/68: 49)
Mażmūm adalah bentuk isim maf‘ūl dari fi‘il żamma-yażummu-żamman yang artinya mencela, mengecam. Jadi, mażmūm artinya tercela atau dicela. Pada akhir ayat 49 disebutkan: wa huwa mażmūm artinya: dia dicela atau tercela. Kalimat ini merupakan bagian dari rangkaian kisah Nabi Yunus yang ditelan ikan hiu tetapi masih hidup dalam perut ikan tersebut. Karena nikmat yang dilimpahkan Allah kepada Nabi Yunus, maka ikan itu memuntahkannya ke daratan. Allah lalu menumbuhkan di sampingnya pohon yaqīn yaitu semacam labu yang melindunginya dan buah pohon itu dapat dimakan, sehingga tubuhnya yang lemah menjadi kuat kembali untuk melaksanakan dakwah selanjutnya. Jika Nabi Yunus tidak segera mendapat nikmat dari Tuhan, dia pasti dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.
2. Layuzliqū naka لَيُزْلِقُوْنَ كَ (al-Qalam/68: 51)
Layuzliqū naka artinya mereka menggelincirkan kamu (Muhammad). Kata ini berasal dari fi‘il zaliqa-yazlaqu-zalaqan yang artinya tergelincir. Sedangkan azlaqa-yuzliqu-azlaqan berarti artinya menggelincirkan. Yuzliqū naka adalah fi‘il muḍāri‘ dengan fā‘il wau jama‘dan disambung dengan ḍamīr ka (artinya kamu) sebagai maf‘ūl, serta didahului lām at-taukid, sehingga artinya menjadi “mereka benar-benar menggelincirkan kamu”. Pada ayat 51 Surah al-Qalam ini, Allah menggambarkan kebencian orang-orang musyrik di Mekah kepada Nabi Muhammad karena Al-Qur’an yang beliau dakwahkan tidak dapat mereka bantah, baik dari sisi keindahan bahasanya maupun kandungan isinya. Mereka betul-betul tunduk menyerah menghadapi ayat-ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, mereka sangat benci dan marah sekali kepada Nabi Muhammad, sehingga jika tidak ada pertolongan Allah, mereka pasti menggelincirkan Nabi dengan pandangan atau sorotan mata mereka yang mempunyai ilmu semacam hipnotis, yang dapat berpengaruh buruk dan memaksa orang yang dipandangnya untuk melakukan hal-hal yang mereka kehendaki.

