فَاجْتَبٰىهُ رَبُّهٗ فَجَعَلَهٗ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Fajtabāhu rabbuhū faja‘alahū minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Tuhannya lalu memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang saleh.
lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang saleh yaitu kelompok para nabi.
Setelah kesehatan Yunus pulih kembali, demikian pula kekuatan badannya, maka Allah mengutusnya kembali kepada kaumnya yang pada waktu itu berjumlah seratus ribu orang lebih, sebagaimana firman Allah:
وَاَرْسَلْ نٰهُ اِلٰى مِائَةِ اَلْفٍ اَوْ يَزِيْدُوْنَۚ ١٤٧ فَاٰمَنُوْا فَمَتَّعْنٰهُم ْ اِلٰى حِيْنٍ ١٤٨
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu. (aṣ-Ṡāffāt/37: 147-148)
Kedatangan Yunus disambut kaumnya dengan gembira dan menyatakan keimanan kepadanya, sehingga mereka termasuk orang-orang yang saleh.
Dengan ayat-ayat di atas, Allah memperingatkan Nabi Muhammad agar jangan sekali-kali bersikap dan bertindak seperti yang dilakukan Nabi Yunus yang mudah marah dan mudah berputus asa, sehingga ia meninggalkan kaumnya dan tugas suci yang telah dibebankan kepadanya, yaitu tugas kerasulan. Nabi Muhammad diperintahkan untuk selalu tabah dan sabar dalam keadaan bagaimana pun karena Allah menyukai orang-orang yang sabar.
1. Mażmūm مَذْمُوْمٌ (al-Qalam/68: 49)
Mażmūm adalah bentuk isim maf‘ūl dari fi‘il żamma-yażummu-żamman yang artinya mencela, mengecam. Jadi, mażmūm artinya tercela atau dicela. Pada akhir ayat 49 disebutkan: wa huwa mażmūm artinya: dia dicela atau tercela. Kalimat ini merupakan bagian dari rangkaian kisah Nabi Yunus yang ditelan ikan hiu tetapi masih hidup dalam perut ikan tersebut. Karena nikmat yang dilimpahkan Allah kepada Nabi Yunus, maka ikan itu memuntahkannya ke daratan. Allah lalu menumbuhkan di sampingnya pohon yaqīn yaitu semacam labu yang melindunginya dan buah pohon itu dapat dimakan, sehingga tubuhnya yang lemah menjadi kuat kembali untuk melaksanakan dakwah selanjutnya. Jika Nabi Yunus tidak segera mendapat nikmat dari Tuhan, dia pasti dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.
2. Layuzliqū naka لَيُزْلِقُوْنَ كَ (al-Qalam/68: 51)
Layuzliqū naka artinya mereka menggelincirkan kamu (Muhammad). Kata ini berasal dari fi‘il zaliqa-yazlaqu-zalaqan yang artinya tergelincir. Sedangkan azlaqa-yuzliqu-azlaqan berarti artinya menggelincirkan. Yuzliqū naka adalah fi‘il muḍāri‘ dengan fā‘il wau jama‘dan disambung dengan ḍamīr ka (artinya kamu) sebagai maf‘ūl, serta didahului lām at-taukid, sehingga artinya menjadi “mereka benar-benar menggelincirkan kamu”. Pada ayat 51 Surah al-Qalam ini, Allah menggambarkan kebencian orang-orang musyrik di Mekah kepada Nabi Muhammad karena Al-Qur’an yang beliau dakwahkan tidak dapat mereka bantah, baik dari sisi keindahan bahasanya maupun kandungan isinya. Mereka betul-betul tunduk menyerah menghadapi ayat-ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, mereka sangat benci dan marah sekali kepada Nabi Muhammad, sehingga jika tidak ada pertolongan Allah, mereka pasti menggelincirkan Nabi dengan pandangan atau sorotan mata mereka yang mempunyai ilmu semacam hipnotis, yang dapat berpengaruh buruk dan memaksa orang yang dipandangnya untuk melakukan hal-hal yang mereka kehendaki.

