كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَۗ
Kallā innahum ‘ar rabbihim yauma'iżil lamaḥjūbūn(a).
Sekali-kali tidak!749) Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (rahmat) Tuhannya.
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka yang kafir dan berbuat maksiat pada hari pembalasan itu benar-benar terhalang dari rahmat Tuhannya. Mereka tidak mendapatkan rahmat Allah dan tidak pula mampu melihat-Nya di akhirat nanti.
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang tidak mau mengakui Al-Qur’an sebagai wahyu Allah terhalang dari rahmat-Nya di dunia dan akhirat. Mereka terhalang dari nikmat terbesar bagi seorang hamba, yaitu memandang dan melihat Allah di akhirat. Imam Syafi‘i mengatakan ayat ini bisa dijadikan dalil bahwa orang-orang Mukmin tidak akan terhalangi dari memandang Allah di akhirat, sebagaimana firman-Nya:
وُجُوْه يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌۙ ٢٢ اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ ٢٣
Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, memandang Tuhannya. (al-Qiyāmah/75: 22-23)
Rāna رَانَ (al-Muṭaffifīn/83: 14)
Secara kebahasaan, kata rāna merupakan bentuk kata kerja (fi‘il māḍī) yang berarti mendominasi dan menguasai. Ada juga yang mengatakan bahwa kata rāna terambil dari kata ar-rāin, yaitu karat. Jadi yang dimaksud adalah hati mereka ditutupi oleh dosa-dosa seperti karat menutupi besi. Dalam konteks ayat ini, Allah menegaskan bahwa segala bentuk pengingkaran terhadap ayat-ayat-Nya yang selalu dilakukan oleh orang-orang kafir justru semakin menguasai dan menutupi hati mereka, hingga mereka tidak mau menerima petunjuk dan kebenaran dari Allah.

