بَلْ قَالُوْا مِثْلَ مَا قَالَ الْاَوَّلُوْنَ
Laqad wu‘idnā naḥnu wa ābā'unā hāżā min qablu in hāżā illā asāṭīrul-awwalīn(a).
Bahkan, mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang terdahulu.
Orang-orang kafir enggan memikirkan fenomena alam sebagai bukti kekuasaan Allah, bahkan mereka mengikuti jejak para pendurhaka terdahulu. Mereka mengingkari hari Kebangkitan dan mengucapkan perkataan yang serupa dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang terdahulu seperti kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, dan kaum-kaum sesudahnya. Mereka berkata untuk menolak adanya hari Kebangkitan, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? Tidak! Itu tidak mungkin. Sungguh, yang demikian ini, yaitu ancaman dan siksa pada hari Kebangkitan, sudah dijanjikan kepada kami dan kepada nenek moyang kami dahulu oleh orang-orang yang mengaku rasul. Ini hanyalah mitos dan dongeng orang-orang terdahulu belaka!”
Pada ayat ini Allah menerangkan keingkaran orang-orang kafir Mekah itu sehingga mereka mengulang kembali apa yang diucapkan oleh orang-orang kafir dahulu seakan-akan mata mereka telah buta, telinga mereka telah tuli dan hati mereka telah terkunci mati untuk memperhatikan dan memikirkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad saw, yang tidak dapat mereka bantah lagi. Mereka mengatakan bahwa hari kebangkitan itu hanyalah omong kosong belaka yang selalu diada-adakan oleh Nabi Muhammad dan para rasul sebelumnya. Semenjak dahulu kala telah ada nabi-nabi dan rasul-rasul yang mengucapkan kata-kata seperti yang diucapkan Muhammad, tetapi nyatanya sampai sekarang telah berlalu masa yang demikian panjang hari Kiamat dan hari kebangkitan itu belum juga datang.
Allah menggambarkan ucapan nenek moyang mereka tentang hari kebangkitan dengan firman-Nya:
لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَاٰبَاۤؤُنَا هٰذَا مِنْ قَبْلُ اِنْ هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ ٨٣
Sungguh, yang demikian ini sudah dijanjikan kepada kami dan kepada nenek moyang kami dahulu, ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu!” (al-Mu’minūn/23: 83
1. Al-Mab’ūṡūna اَلْمَبْعُوْثُ وْنَ (al-Mu’minūn /23: 82)
Lafal al-mab’ūṡūn (ﺍﻟﻤﺒﻌﻮﺛﻮﻥ ) adalah bentuk jamak dari mab’ūṡ (ﻣﺒﻌﻮﺙ), artinya dibangkitkan. Berasal dari fi’il ﺑﻌﺜﺎ ﻳﺒﻌﺚ ﺑﻌﺚ artinya mengirimkan, mengutus, membangunkan, membangkitkan dan menghidupkan kembali. Dalam ayat 82 Surah al-Mu’minūn, ungkapan ﺀﺇﻧﺎﻟﻤﺒﻌﻮ ﻮﻥ artinya: apakah sungguh kami benar-benar akan dibangkitkan, dihidupkan kembali? Kalimat ini adalah pertanyaan yang dikemukakan beberapa kali oleh orang-orang kafir, karena menurut pemikiran mereka yang tidak percaya pada kekuasaan Allah, manusia yang telah mati dan dikubur kemudian daging dan tulangnya menjadi satu dengan tanah. Daging yang sudah hancur menjadi satu dengan tanah dan tulang yang berserakan itu menurut mereka tidak mungkin akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali dalam keadaan utuh seperti dulu. Pikiran yang sangat sederhana itu tidak menerima dan mempercayai adanya hari kebangkitan tersebut.
2. Asāṭīrul-Awwalīn اَسَاطِيْرُ اْلاَوَّلِيْنَ (al-Mu’minūn/23: 83)
Asāṭīrul-awwalīn artinya dongengan orang-orang dahulu kala. ﺍﺳﺎﻃﻴﺮ adalah lafal dalam bentuk jamak, mufradnya yaitu ﺍﺳﻄﻮﺭ artinya dongeng, hikayat atau cerita yang tidak ada asal-usulnya. Dalam sastra Arab ada yang namanya ﻋﻠﻢﺍﻻﺳﺎﻃﻴ yaitu mitologi atau dongeng-dongeng purbakala. ﺍﻻﻭﻟﻴﻦ artinya orang-orang terdahulu, atau orang-orang zaman dahulu kala. Orang-orang kafir Makkah menganggap pelajaran dan petunjuk agama yang disampaikan Nabi Muhammad, seperti adanya hari akhir, hari kebangkitan, surga dan neraka, semua itu dianggap sebagai dongengan orang-orang dahulu kala yang tidak ada buktinya dan tidak akan terjadi. Bahkan mereka menganggap Nabi Muhammad sudah gila, ucapan-ucapan beliau tidak perlu mereka percayai. Begitulah keingkaran orang-orang kafir terhadap petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad.

