v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 80 - Surat Al-Mu'minūn (Orang-Orang Mukmin)
المؤمنون
Ayat 80 / 118 •  Surat 23 / 114 •  Halaman 347 •  Quarter Hizb 35.5 •  Juz 18 •  Manzil 4 • Makkiyah

وَهُوَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ الَّيْلِ وَالنَّهَارِۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Qālū a'iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a'innā lamab‘ūṡūn(a).

Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Bagi-Nyalah (kekuasaan mengatur) pergantian malam dan siang. Apakah kamu tidak mengerti?

Makna Surat Al-Mu'minun Ayat 80
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Tidak hanya kuasa untuk menciptakan dan mengembangbiakkan makhluk hidup, Allah kuasa pula untuk menghidupkan dan mematikan mereka. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan makhluk hidup, termasuk manusia, dan Dialah juga yang mengatur pergantian malam dan siang serta perbedaan keduanya. Tidakkah kamu mengerti dan memahami ciptaan Allah serta memikirkan kekuasaan-Nya?

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Di antara karunia Allah ialah menghidupkan dan mematikan, manusia tidak akan dapat menikmati kehidupan dunia kalau Allah tidak mengaruniakan roh kepadanya. Dengan adanya roh di dalam jasadnya barulah manusia dapat berusaha, berikhtiar dan berpikir untuk mencapai apa yang diinginkan dan dicita-citakannya. Tidak ada yang mengetahui rahasia hidup mati ini kecuali Allah. Telah berabad-abad bahkan beribu tahun manusia berusaha untuk mengetahui rahasia roh ini agar dia dapat hidup selamanya, tetapi sampai sekarang tidak ada seorang ilmuwan pun yang sanggup mengungkap rahasia itu. Karena soal roh itu adalah rahasia yang gaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah sebagai tersebut dalam firman-Nya:

وَيَسْـ َلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٥

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, ”Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (al-Isrā’/17: 85)

Selanjutnya Dialah yang menjadikan pergantian antara malam dan siang. Malam dijadikan waktu untuk istirahat dan siang dijadikan waktu untuk berusaha dan bekerja. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya dunia ini kalau yang ada hanya siang saja, demikian pula sebaliknya. Mungkin dunia ini dan segala makhluk yang ada di atasnya akan mati terbakar karena selalu ditimpa terik matahari yang amat panas atau mungkin dunia ini akan mati dengan segala isinya kalau yang ada hanya malam saja sepanjang waktu, karena tidak ada matahari yang menjadi sumber energi dan menjadi sebab hidupnya makhluk di dunia ini. Allah menegur sikap dan tindakan manusia yang tidak mau mengingat betapa besar karunia-Nya kepada mereka. Mengapa mereka tidak memikirkan dan memperhatikannya, agar mereka bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya itu?

Isi Kandungan Kosakata

As-Sam’a wal-Abṣār wal- Af’idah اَلسَّمْعَ وَاْلاَبْصَارَ وَاْلاَفْئِدَة (al-Mu’minūn/23: 78)

Lafal as-sam’a (ﺍﻟﺴﻤﻊ) artinya pendengaran, abṣār ﺍﻻﺑﺼﺎﺭ)) artinya penglihatan, dan af’idah (ﺍﻻﻓﺋﺪﺓ) artinya hati nurani. Dalam ayat 78 surah al-Mu’minun ini ditegaskan bahwa Allah telah menciptakan untuk kita semua pendengaran, penglihatan dan hati nurani sebagai perlengkapan hidup manusia sehingga mudah menjalani kehidupan ini dengan baik dan bahagia. Pendengaran dan penglihatan adalah dua anggota tubuh yang berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi. Sementara hati adalah alat untuk memproses informasi yang masuk, sehingga ketiga anggota ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Tetapi sedikit sekali manusia yang bersyukur dengan mempergunakan pendengaran, penglihatan dan hati nuraninya untuk hal-hal yang baik sebagaimana diperintahkan Allah, bahkan sebaliknya banyak yang mempergunakan pendengaran dan penglihatannya untuk hal-hal yang tidak baik karena mengikuti hawa nafsunya. Banyak manusia yang mempergunakannya pada hal-hal yang dilarang Allah dan mengikuti ajakan setan, mereka mempergunakannya untuk perbuatan maksiat dan hal-hal yang mungkar. Pada ayat ini lafal as-sam’a mempergunakan bentuk mufrad karena dalam satu waktu kita dapat mendengar satu hal saja yaitu suara, sedangkan abṣār dan af’idah keduanya mempergunakan bentuk jamak, karena penglihatan bisa melihat beberapa hal dalam satu waktu, seperti warna-warna, benda-benda dan lain-lain. Begitu juga dengan af’idah yang bisa menghimpun banyak informasi.