وَاِنَّا عَلٰٓى اَنْ نُّرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقٰدِرُوْنَ
Wa innā ‘alā an nuriyaka mā na‘iduhum laqādirūn(a).
Sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu (Nabi Muhammad) apa yang Kami ancamkan kepada mereka.
Allah mengajari Nabi doa tersebut bukan karena Allah tidak kuasa menjatuhkan siksa saat Nabi masih hidup, namun Dia hanya menundanya sebagaimana ditegaskan dalam ayat ini. Dan sungguh, Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, apa yang Kami ancamkan kepada mereka. Karena itu, janganlah engkau berduka atas pendustaan mereka kepadamu.
Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad, bahwa Dia Kuasa memperlihatkan kepadanya siksaan yang akan ditimpakan kepada orang kafir itu sehingga Nabi Muhammad dapat melihat sendiri bagaimana dahsyatnya dan hebatnya siksaan Allah. Tetapi karena rahmat dan kasih sayang-Nya kepada umat Muhammad, Allah tidak menjatuhkan siksa itu dengan segera (di dunia ini), tetapi sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa siksaan itu akan menimpa mereka di akhirat, karena mungkin kelak ada di antara mereka atau keturunan mereka yang akan sadar dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad jangan terlalu bersedih hati atas tindakan dan perlakuan orang kafir terhadapnya dan kaum Muslimin yang memang dalam keadaan lemah dan tak berdaya.
1. Hamazātisy-Syayāṭīn هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ (al-Mu’minūn/23: 97)
Hamazāt berasal dari akar kata hamaza yang berarti "menekan", "meremas", atau "mencekik". Dalam al-Mu’minūn/23:97 Allah meminta Nabi Muhamad, berarti juga semua kaum Muslimin, agar memohon perlindungan kepada-Nya dari tekanan, remasan atau cekikan setan, yaitu dari penguasaan setan pada dirinya. Juga supaya setan itu tidak ikut serta dalam setiap pekerjaannya. Satu bentuk lain penguasaan itu adalah "menjatuhkan nama baik" seseorang, sehinga seseorang itu seakan-akan tertekan, teremas, dan tercekik, tidak dapat membela diri. Itulah pengertian hammaz dalam al-Qalam/68:11, pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang tidak beriman. Di samping itu orang-orang kafir itu, dalam ayat itu, berkeliling-keliling (menguasai informasi) menyebar fitnah (masysya’), dan mengadu domba (namim).
2. Barzakh بَرْزَخٌ (al-Mu’minūn/23: 100)
Barzakh secara harfiyah berarti "pembatas". Di dalam al-Mukminun/23:100 dinyatakan bahwa orang kafir menghadapi "tembok" pembatas antara dia dengan kehidupan yang baik di akhirat. Dalam ayat-ayat sebelumnya diterangkan bagaimana mereka ingin kembali ke dunia, dan kalau kembali ke dunia, mereka akan berbuat baik. Allah membantah, karena itu hanyalah omongan di mulut mereka, dan kalau mereka dikembalikan ke dunia, mereka tetap akan ingkar. Karena itulah keinginan mereka untuk memperoleh surga di akhirat akan menghadapi tembok tebal.

