اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ السَّيِّئَةَۗ نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَصِفُوْنَ
Idfa‘ bil-latī hiya aḥsanus-sayyi'ah(ta), naḥnu a‘lamu bimā yaṣifūn(a).
Tolaklah keburukan (mereka) dengan (perbuatan) yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.
Allah dalam ayat ini mengajari Nabi cara menghadapi pendustaan kaum musyrik. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan cara yang lebih baik, antara lain dengan tetap berbuat baik kepada mereka semampumu, memaafkan kesalahan mereka yang berkaitan dengan hak pribadimu, atau tidak menanggapi ejekan dan cemoohan mereka. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan kepada Allah.
Kemudian Allah memberikan tuntunan kepada Nabi Muhammad bagaimana cara yang sebaik-baiknya menghadapi sikap kaum musyrik itu. Di antaranya, Nabi harus tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dan jangan sekali-kali membalas kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan karena memang belum waktunya bersikap demikian. Bila mereka mencemooh dan mencaci maki hendaknya Nabi memaafkan ucapan-ucapan mereka yang tidak pada tempatnya itu, karena ucapan itu tidak mengenai sasarannya tetapi hendaklah dibalas dengan kata-kata yang mengandung patunjuk dan ajaran dengan mengemukakan dalil-dalil dan alasan yang masuk akal. Bila mereka hendak melakukan tindakan penganiayaan, hindari mereka dan jauhi sedapat mungkin kesempatan yang membawa kepada tindakan seperti itu dan hendaklah dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Nabi juga diperintahkan untuk menunjukkan kepada mereka bahwa beliau memang seorang ksatria yang tidak ada niat sedikit pun untuk mencelakakan mereka. Dengan sikap lemah lembut dan kebijaksanaan itu, mereka tidak akan merajalela terhadap kaum Muslimin. Lambat laun mereka yang keras seperti batu itu akan menjadi lembut dan menyadari sendiri kesalahan yang sudah mereka lakukan. Nabi juga diminta untuk meyakini dalam hati bahwa Allah mengetahui semua ucapan dan tindakan mereka. Allah lebih mengetahui apa saja yang mereka lakukan dan apa saja yang tersembunyi dalam dada mereka.
Sesuai dengan petunjuk ini Allah berfirman dalam ayat yang lain:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ ٣٤
Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. (Fuṣṣilat/41: 34)
Anas bin Malik berkata mengomentari ayat ini, “Seorang laki-laki mengatakan terhadap saudaranya hal yang tidak-tidak.” Maka dia menjawab, “Jika ucapanmu itu bohong maka saya memohon kepada Allah supaya Dia mengampuni kebohonganmu itu. Jika ucapanmu itu benar maka saya memohon kepada Allah supaya mengampuniku.”
1. Hamazātisy-Syayāṭīn هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ (al-Mu’minūn/23: 97)
Hamazāt berasal dari akar kata hamaza yang berarti "menekan", "meremas", atau "mencekik". Dalam al-Mu’minūn/23:97 Allah meminta Nabi Muhamad, berarti juga semua kaum Muslimin, agar memohon perlindungan kepada-Nya dari tekanan, remasan atau cekikan setan, yaitu dari penguasaan setan pada dirinya. Juga supaya setan itu tidak ikut serta dalam setiap pekerjaannya. Satu bentuk lain penguasaan itu adalah "menjatuhkan nama baik" seseorang, sehinga seseorang itu seakan-akan tertekan, teremas, dan tercekik, tidak dapat membela diri. Itulah pengertian hammaz dalam al-Qalam/68:11, pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang tidak beriman. Di samping itu orang-orang kafir itu, dalam ayat itu, berkeliling-keliling (menguasai informasi) menyebar fitnah (masysya’), dan mengadu domba (namim).
2. Barzakh بَرْزَخٌ (al-Mu’minūn/23: 100)
Barzakh secara harfiyah berarti "pembatas". Di dalam al-Mukminun/23:100 dinyatakan bahwa orang kafir menghadapi "tembok" pembatas antara dia dengan kehidupan yang baik di akhirat. Dalam ayat-ayat sebelumnya diterangkan bagaimana mereka ingin kembali ke dunia, dan kalau kembali ke dunia, mereka akan berbuat baik. Allah membantah, karena itu hanyalah omongan di mulut mereka, dan kalau mereka dikembalikan ke dunia, mereka tetap akan ingkar. Karena itulah keinginan mereka untuk memperoleh surga di akhirat akan menghadapi tembok tebal.

