وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍ فَاَسْكَنّٰهُ فِى الْاَرْضِۖ وَاِنَّا عَلٰى ذَهَابٍۢ بِهٖ لَقٰدِرُوْنَ ۚ
Wa anzalnā minas-samā'i mā'am biqadarin fa askannāhu fil-arḍ(i), wa innā ‘alā żahābim bihī laqādirūn(a).
Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran. Lalu, Kami jadikan air itu menetap di bumi dan sesungguhnya Kami Maha Kuasa melenyapkannya.
Dan di antara bentuk pemeliharaan Kami adalah bahwa Kami turunkan air tawar dalam berbagai bentuk, dari yang cair hingga butiran es, dari langit dengan suatu ukuran bagi makhluk ciptaan Kami; lalu untuk memudahkan pemanfaatannya, Kami jadikan air itu menetap dan tersimpan di bumi, dan pasti Kami berkuasa pula untuk melenyapkannya, namun Kami tidak melakukannya karena rahmat Kami kepada para makhluk.
Lalu Allah menurunkan dari langit air hujan dengan kadar yang diperlukan, tidak terlalu lebat sehingga menimbulkan bencana banjir dan tidak terlalu sedikit sehingga cukup untuk mengairi kebun-kebun yang memerlukannya. Ada pula tanah-tanah yang memerlukan banyak air, akan tetapi tidak tahan menerima hujan yang lebat, maka air yang diperlukan itu didatangkan dari negeri lain melalui sungai-sungai yang besar seperti sungai Nil di Mesir yang bersumber di tengah-tengah benua Afrika. Di samping membawa air yang diperlukan, juga membawa lumpur yang sangat bermanfaat untuk menambah kesuburan. Air dapat tersimpan baik sebagai sungai-sungai, danau-danau dan bahkan sebagian tersimpan dalam bumi sebagai air tanah dangkal maupun air tanah dalam atau sering disebut sebagai groundwater.
Sebagian dari air itu dijadikan Allah menetap dalam bumi untuk mengisi sumur-sumur dan parit-parit yang berfungsi dalam bidang irigasi, dan karena air dalam bumi itu bersentuhan pula dengan lapisan-lapisan logam dan zat kimia lainnya, air itu mengandung unsur-unsur kimiawi yang menambah kesuburan tanah, dan bila lewat di lereng gunung-gunung berapi dapat pula menjadi sumber-sumber air panas yang mengandung belerang, dan dapat dijadikan tempat pemandian air panas yang sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit kulit dan sebagainya.
Semua sumber penggunaan air itu, jika dimanfaatkan dengan rasa syukur kehadirat Allah, niscaya akan dapat dinikmati, akan tetapi jika manusia serakah dan merusaknya, maka sesungguhnya Allah berkuasa pula untuk menghilangkannya, terutama bila tempat-tempat itu dipakai untuk perbuatan maksiat.
1. Ṭarā’iqa طَرَائِقَ (Al-Mu’minun 23: 17)
Ṭarā’iqa bentuk jamak dari طريقة. Terambil dari akar kata ط ر ق berarti datang pada malam hari, memukul, meletakkan sesuatu di atas yang lain, terbentang datar, dan lain-lain.
Di antara arti طريقة menurut Ibnu Faris adalah jalan, karena ia lebih tinggi dari permukaan tanah. Namun Ibnu Asyur memahami arti jalan di sini adalah jalan yang dibuat manusia sebagai imajinasi dari tempat peredaran planet, karena planet dalam Al-Qur’an juga disebut طارق (aṭ-Ṭāriq/86:1). Karena jalan pasti dilalui oleh pejalan, maka ayat tersebut seakan menyatakan, “Dan kami telah ciptakan di atas kamu planet-planet bersama dengan jalan-jalannya.”
Menurut Ṭabā’ṭabā’ī sebagaimana dikutip Quraish Shihab, kata itu juga berarti jalan karena di sanalah jalur turunnya perintah Allah ke bumi (aṭ-Ṭalaq/ 65:12), jalan ini pula yang dilalui oleh amal-amal baik yang naik ke sisi Allah (Fāṭir/35:10). Dengan pemahaman demikian, menurut Ṭabā’ṭabā’ī, bertemu awal ayat di atas dengan akhirnya yang menyatakan, “Dan Kami terhadap ciptaan tidaklah lengah.” Dalam arti bahwa Allah selalu mengawasi mahluknya, bahkan ketujuh jalan tersebut terbentang antara Allah dan mahluknya, dimana malaikat turun naik membawa amal perbuatan manusia.
2. Bid-Duhni بِالدُّهْنِ (al-Mu’minūn/23: 20)
Bid-duhn jamaknya أدهان (adhān) artinya tumbuh, mengandung minyak, atau menghasilkan minyak. Menurut para ulama yang dimaksud dengan pohon yang mengandung minyak adalah pohon Zaitun yang muncul pertama kali di bukit Sina. Pohon Zaitun termasuk karunia Allah yang sangat besar karena manfaatnya yang begitu banyak. Penelitian terhadap pohon Zaitun membuktikan kandungan buah Zaitun yang terdiri dari zat besi, fosfor, zat garam, vitamin A, B, dan lain-lain yang sangat dibutuhkan tubuh. Minyak Zaitun banyak dipakai sebagai bahan utama kosmetik seperti sabun, cream rambut dan kulit. Selain buahnya bisa dimakan setelah diolah terlebih dahulu, minyak Zaitun juga dipakai sebagai minyak goreng, karena bebas dari kolesterol yang merusak jantung. Kata ad-duhn hanya satu kali disebut dalam Al-Qur’an, yaitu pada ayat ini.

