v2.9
Geligi Animasi
Geligi Semua Satu Platform
Ayat 1 - Surat Al-Kauṡar (Nikmat Yang Banyak)
الكوثر
Ayat 1 / 3 •  Surat 108 / 114 •  Halaman 602 •  Quarter Hizb 60.75 •  Juz 30 •  Manzil 7 • Makkiyah

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ

Innā a‘ṭainākal-kauṡar(a).

Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak.

Makna Surat Al-Kausar Ayat 1
Isi Kandungan oleh Tafsir Wajiz

Wahai Nabi Muhammad, sungguh Kami telah memberimu nikmat yang banyak dan langgeng, meliputi kenikmatan duniawi maupun ukhrawi, seperti kenabian, Al-Qur’an, syafaat, telaga di surga, dan sebagainya.

Isi Kandungan oleh Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia telah memberi Nabi Muhammad nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya, walaupun (orang musyrik) memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan kekurangan akal dan pengertian mereka. Pemberian itu berupa kenabian, agama yang benar, petunjuk-petunjuk dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Orang-orang musyrik di Mekah dan orang-orang munafik di Medinah mencemoohkan dan mencaci-maki Nabi saw sebagai berikut:

a. Pengikut-pengik ut Muhammad saw terdiri dari orang-orang biasa yang tidak mempunyai kedudukan. Kalau agama yang dibawanya itu benar, tentu yang menjadi pengikut-pengikutnya orang-orang mulia yang berkedudukan di antara mereka. Ucapan ini bukanlah suatu keanehan, karena kaum Nuh juga dahulu kala telah menyatakan yang demikian kepada Nabi Nuh as sebagaimana firman Allah:

فَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ كٰذِبِيْنَ

Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.” (Hūd/11 : 27)

Sunnatullah yang berlaku di antara hamba-hamba Allah bahwa mereka yang cepat menerima panggilan para rasul adalah orang-orang biasa atau orang lemah karena mereka tidak takut kehilangan pangkat atau kedudukan, karena tidak mempunyai keduanya. Dari itu pertentangan terus-menerus terjadi antara yang merasa terpandang dengan para rasul, tetapi Allah senantiasa membantu para rasul-Nya dan menunjang dakwah mereka.

Begitulah sikap penduduk Mekah terhadap dakwah Nabi Muhammad. Pembesar-pembesar dan orang-orang yang berkedudukan tidak mau mengikuti Nabi karena benci kepada beliau dan terhadap orang-orang biasa yang menjadi pengikut beliau.

b. Orang-orang Mekah bila melihat anak-anak Nabi Muhammad meninggal dunia, mereka berkata, “Sebutan Muhammad akan lenyap dan ia akan mati punah.” Mereka mengira bahwa kematian itu suatu kekurangan lalu mereka mengejek Nabi dan berusaha menjauhkan manusia dari beliau.

c. Orang-orang Mekah bila melihat suatu musibah atau kesulitan yang menimpa pengikut-pengikut Nabi, bergembira dan bersenang hati. Mereka menunggu kehancuran para pengikut Nabi, sehingga kedudukan mereka semula yang telah diguncangkan oleh agama baru itu kembali mereka peroleh.

Pada surah ini, Allah menyampaikan kepada rasul-Nya, bahwa tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik itu adalah suatu prasangka yang tidak ada artinya sama sekali. Namun semua itu adalah untuk membersihkan jiwa-jiwa yang masih dapat dipengaruhi oleh isu-isu tersebut dan untuk mematahkan tipu daya orang-orang musyrik, agar mereka mengetahui bahwa perjuangan Nabi saw pasti akan menang dan pengikut-pengikut beliau pasti akan bertambah banyak.

Al-Kauṡar diartikan sebagai sungai di surga yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad, dan ada pula yang berpendapat bahwa al-kauṡar bermakna kebaikan yang banyak.

Isi Kandungan Kosakata

Al-Kauṡar الْكَوْثَر (al-Kauṡar/108: 1)

Al-Kauṡar terambil dari kata kaṡīr, yang artinya banyak. Dengan demikian, kata ini diartikan sebagai nikmat atau anugerah Allah yang banyak. Mengenai maknanya secara pasti, banyak pendapat yang dikemukakan para ulama atau mufasir. Di antaranya ada yang mengartikannya sebagai sungai di surga yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad. Pendapat ini sangat populer karena didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Imam Aḥmad dan Muslim dari sahabat Anas bin Mālik, yang menginformasikan keterangan Rasulullah saw, yaitu bahwa al-kauṡar itu adalah sungai yang dianugerahkan Allah kepadanya di surga.

Pendapat kedua tentang makna al-kauṡar yang juga banyak disebut para mufasir adalah keturunan Nabi Muhammad. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Abū Ḥayyān, al-Alūsī, Muhammad ‘Abduh, al-Qāsimī, dan lainnya. Namun demikian, ada pula yang menentang pendapat ini. Alasan yang tidak sepakat adalah bahwa keturunan itu selalu dimulai dari anak laki-laki. Padahal anak laki-laki Rasulullah saw semuanya meninggal ketika masih kecil, sehingga beliau tidak mempunyai cucu dari anak laki-laki. Sedangkan cucu dari anak perempuan biasanya mengikuti keluarga menantunya. Kenyataannya, Rasulullah saw hanya mempunyai cucu dari anak perempuannya yang bernama Fatimah. Namun demikian, kritik ini dijawab bahwa anak perempuan juga dapat dinisbahkan kepada bapaknya, sehingga anaknya juga dinilai sebagai cucu dari bapak tersebut. Oleh karena itu, anak-anak Fatimah yang kemudian menurunkan sekian banyak orang, dapat juga disebut sebagai keturunan Rasulullah saw.

Pendapat ketiga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan al-kauṡar adalah anugerah atau nikmat Allah yang banyak. Pendapat ini disimpulkan dari diskusi seorang sahabat dengan Ibnu ‘Abbās mengenai maknanya. Ketika dikatakan bahwa al-kauṡar itu adalah sungai di surga, maka Ibnu ‘Abbās menjawab bahwa makna itu merupakan sebagian dari al-kauṡar yang dijanjikan Allah kepada Nabi Muhammad.