تِلْكَ اٰيٰتُ اللّٰهِ نَتْلُوْهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ وَمَا اللّٰهُ يُرِيْدُ ظُلْمًا لِّلْعٰلَمِيْنَ
Tilka āyātullāhi natlūhā ‘alaika bil-ḥaqq(i), wa mallāhu yurīdu ẓulmal lil-‘ālamīn(a).
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepadamu dengan benar dan tidaklah Allah berkehendak melakukan kezaliman pada semesta alam.
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya Allah menguraikan tanda-tanda kekuasaan Allah, kecaman terhadap orang yang murtad dan kafir, petunjuk kepada orang yang beriman yaitu keharusan mati dalam keadaan Islam, pentingnya persatuan dan kesatuan, serta perbedaan nasib orang kafir dan orang mukmin di akhirat, lalu dalam ayat ini Allah menutup penjelasan tersebut dengan menegaskan bahwa itulah ayat-ayat Allah, ketetapan suatu kebenaran yang tidak boleh diragukan yang Kami bacakan melalui Malaikat Jibril kepada kamu dengan benar wahai Nabi Muhammad, dan kamu harus berpegang teguh kepada Al-Qur’an dengan mengikuti petunjuk berupa perintah dan larangan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan perintah dan larangan tersebut Allah tidaklah berkehendak menzalimi siapa pun di seluruh alam, tetapi orang-orang kafir itulah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan berpecah belah dan berselisih tentang kebenaran ajaran agama, sehingga mereka pantas mendapat siksaan yang pedih.
“Itulah ayat-ayat Allah yang telah dibacakan dengan benar dan setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan tingkah lakunya di dunia, dan Allah sekali-kali tidak berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya sebab Dia Mahakaya dan Mahaadil, dapat melaksanakan kehendak-Nya yang sempurna tidak tergantung kepada siapa pun.”
Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama.

