وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗوَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ
Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa ilallāhi turja‘ul-umūr(u).
Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.
Mahasuci Allah dari perbuatan aniaya karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahasempurna, Mahakaya, dan tidak memerlukan apa pun dari hamba-Nya, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Kemudian Dia akan mengadakan perhitungan dan memberi pahala kepada orang yang taat dan menghukum orang yang zalim.
Di samping itu seluruh benda-benda alam, baik kategori planet maupun bintang-bintang yang jumlahnya sangat banyak adalah kepunyaan Allah. Dia mempunyai wewenang sepenuhnya untuk mengatur segala isinya dengan kebijaksanaan tanpa harus mempertanggungjawabkan kepada siapa pun karena Dialah Maha Pencipta alam semesta dan kepada-Nya pula seluruh urusan akan dikembalikan.
Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama.

