وَاَمَّا الَّذِيْنَ ابْيَضَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَفِيْ رَحْمَةِ اللّٰهِ ۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Wa ammal lażīnabyaḍḍat wujūhuhum fafī raḥmatillāh(i), hum fīhā khālidūn(a).
Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah (surga). Mereka kekal di dalamnya.
Ayat ini menggambarkan kegembiraan ahli surga atas rahmat Allah yang mereka terima. Dan adapun orang-orang yang beriman dan ahli ibadah, mereka mendapatkan kebahagiaan dan berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah di surga, dengan berbagai kesenangan, keindahan, dan kedamaian; mereka kekal di dalamnya. Itulah karunia Allah bagi mereka yang beriman dan menaati-Nya.
Adapun orang-orang mukmin, mereka berada dalam rahmat Allah yaitu surga yang penuh dengan nikmat dan kesenangan sehingga tampak tanda kebahagiaan pada mukanya yang putih bersih dan berseri-seri.
Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama.

